Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .
Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.
Sekarang, kalian membaca Novel Twilight Bab 107 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊
Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 107
"Pertanyaan yang lebih penting," Alice mengoreksi,
"apakah aku tidak bisa mencuri mobil lain yang bisa berlari lebih cepat, dan jawabannya tidak. Aku beruntung."
“Aku yakin akan sangat menenteramkan kalau jalan-jalan diblokir.”
Alice tertawa keras. "Percayalah padaku, Bella. Kalaupun ada pemblokiran jalan, itu terjadi di belakang kita." Diinjaknya pedal gas dalam-dalam, seolah ingin membuktikan kata-katanya.
Mungkin seharusnya aku melihat-lihat pemandangan di luar jendela, ke kota Florence
kemudian Tuscan yang kulewati dengan sangat cepat hingga pemandangan terlihat kabur. Ini perjalanan pertamaku ke mana pun, dan mungkin juga yang terakhir. Tapi cara Alice menyetir membuatku ngeri, meskipun aku tahu aku bisa memercayainya di balik kemudi.
Dan aku terlalu tersiksa oleh perasaan gelisah hingga tak ingin melihat perbukitan atau kota-kota berpagar tembok yang tampak bagaikan kastil di kejauhan.
"Ada lagi yang kaulihat?"
"Ada sesuatu yang terjadi," gumam Alice.
"Semacam festival. Jalan-jalan dipenuhi orang dan bendera-bendera merah. Sekarang tanggal berapa?”
Aku tidak yakin. "Tanggal sembilan belas, mungkin?'
"Well, ironis sekali. Ini hari Santo Marcus."
"Berarti apa?"
Alice berdecak kesal.
"Kota itu menyelenggarakan perayaan setiap tahun. Menurut legenda, seorang misionaris Katolik, Pastor Marcus-Marcus dari Volturi, begitulah – berhasil mengenyahkan semua vampir dari Voltetra 1500 tahun yang lalu. Konon, sang pastor menjadi martir di Rumania, dalam upayanya menghilangkan wabah. Tentu saja itu hanya omong kosong – vampir itu tidak pernah meninggalkan kota. Tapi dari sanalah hal-hal takhayul seperti salib dan bawang putih berasal. Pastor Marcus sukses menggunakannya. Dan vampir tak pernah mengganggu Volterra, jadi pasti mujarab.”
"Itu lantas menjadi semacam perayaan di kota, dan penghargaan bagi kepolisian – bagaimanapun, Volterra kota yang luar biasa aman. Polisilah yang mendapat nama.” Sadarlah aku apa yang dimaksud Alice dengan ironis.
"Mereka pasti tidak senang kalau Edward mengacaukan semuanya justru Pada Hari Santo Marcus, kan?"
Alice menggeleng, ekspresinya muram. Tidak.
Mereka akan bertindak sangat cepat. Aku membuang muka, berjuang melawan kegelisahan yang membuat gigiku ingin menggigit bibir bawahku. Sekarang bukan saat yang tepat untuk berdarah.
Mengerikan, bagaimana matahari tampak sangat tinggi di langit yang biru pucat.
“Dia masih berencana menunggu sampai tengah hari?" tanyaku.
“Ya. Dia memutuskan untuk menunggu. Dan mereka menunggunya."
"Katakan padaku apa yang harus kulakukan." Mata Alice tetap tertuju ke jalan yang berliku— jarum spidometer menyentuh angka paling kanan pada piringan.
"Kau tidak perlu melakukan apa-apa. Dia hanya harus melihatmu sebelum beranjak ke tempat terang. Dan dia harus melihatmu sebelum melihatku."
"Bagaimana caranya?” Mobil merah kecil tampak seperti ngebut dalam posisi mundur saat Alice melesat menyalipnya.
“Aku akan mengantarmu sedekat mungkin ke sana, kemudian kau harus berlari ke arah yang kutunjukkan.” Aku mengangguk.
"Usahakan agar tidak tersandung" Alice menambahkan. “Tidak ada waktu untuk gegat otak hari ini."
Aku mengerang. Itu sangat khas aku— mengacaukan semuanya, menghancurkan dunia, hanya gara-gara kikuk sesaat.
Matahari terus menanjak di langit sementara Alice berpacu menduluinya. Cahayanya sangat terik, dan itu membuatku panik. Jangan-jangan Edward nanti merasa tak perlu menunggu sampai tengah hari.
"Itu," kata Alice tiba-tiba, menuding kota kastil di puncak bukit terdekat.
Aku menatapnya, merasakan untuk pertama kalinya secercah ketakutan baru. Setiap menit sejak kemarin pagi—rasanya seperti sudah seminggu yang lalu—saat Alice mengucapkan namanya di kaki tangga, hanya ada satu ketakutan. Meski begitu, sekarang, saat aku menatap tembok-tembok bata merah kuno serta menara-menara yang menjulang di puncak bukit terjal, aku merasakan ketakutan lain yang lebih egois merayapi hatiku.
Menurutku kota itu sangat cantik. Namun kota itu benar-benar membuatku sangat ketakutan. "Volterra," kata Alice dengan suara datar dan dingin.
Novel Twilight – New Moon Bab 107 Telah Selesai
Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 107 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.
Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.
Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :
- Novel Lelaki Yang Tak Terlihat Kaya
- Novel Romantis Pengantin Pengganti
- Novel Elena : Si Gadis Tangguh
- Novel Charlie Wade Si Kharismatik
- Novel Romantis My Lovely Boss
- Novel Perintah Kaisar Naga
- Novel My Imperfect CEO
- NOVEL KISAH ISTRI BAYARAN
- Novel Perceraian Ke-99

0 komentar: