Jumat, 28 Oktober 2022

Novel Twilight : NEW MOON Bab 4

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 4 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊



Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 4

Edward punya banyak uang—aku bahkan tidak ingin membayangkan jumlahnya. Uang hampir tak ada artinya bagi Edward atau anggota keluarga Cullen lainnya. Itu hanya sesuatu yang semakin bertambah karena mereka memiliki waktu tak terbatas dan saudara perempuan dengan kemampuan ajaib memprediksi tren pasar modal.

Edward sepertinya tidak mengerti mengapa aku tidak ingin ia menghabiskan uangnya untukku— mengapa aku justru merasa tidak enak bila diajak makan di restoran mahal di Seattle, mengapa ia tidak diizinkan membelikan aku mobil yang bisa melaju di atas kecepatan 88 kilometer per jam, atau mengapa aku tidak membiarkan ia membayar uang kuliahku (konyolnya, ia sangat antusias terhadap Rencana B). Edward menganggapku senang bersikap sulit padahal sebenarnya tidak perlu.


Tapi bagaimana aku bisa membiarkannya memberiku banyak hal sementara aku tidak bisa membalasnya? Ia, entah untuk alasan apa, ingin bersamaku. Jika ia memberiku hal lain lagi, itu hanya akan membuat kami makin tidak seimbang.

Waktu terus berjalan, baik Edward maupun Alice tak lagi mengungkit masalah hari ulang tahunku, jadi aku mulai merasa sedikit rileks. Kami duduk di meja kami yang biasa saat makan siang.

Ada semacam gencatan senjata aneh di meja kami. Kami bertiga—Edward, Alice, dan aku— duduk di sisi meja paling selatan. Karena sekarang anggota keluarga Cullen lain yang "lebih tua" dan lebih mengerikan (dalam kasus Emmett, jelas) sudah lulus, Alice dan Edward tidak terlihat terlalu mengancam, jadi bukan hanya kami yang duduk di meja ini.

Teman-temanku yang lain, Mike dan Jessica (yang sedang dalam fase canggung sehabis putus), Angela dan Ben (yang hubungannya berhasil melewati musim panas dengan selamat), Eric, Conner, Tyler, dan Lauren (walaupun yang terakhir itu tidak termasuk kategori teman) semua duduk di meja yang sama, di seberang garis pemisah yang tak kasatmata. Garis itu lenyap di

hari-hari cerah saat Edward dan Alice bolos sekolah, dan pada hari seperti itu, obrolan bisa berlangsung sangat lancar dan melibatkan aku. Edward dan Alice tidak menganggap sikap teman-temanku yang agak mengasingkan mereka itu aneh atau menyinggung perasaan, seperti yang pasti bakal kurasakan kalau itu terjadi padaku.

Mereka nyaris tidak memerhatikannya. Orangorang selalu merasa agak canggung berdekatan dengan keluarga Cullen, malah bisa dibilang nyaris takut, untuk alasan yang mereka sendiri tak bisa jelaskan. Aku pengecualian yang jarang dalam hal itu. Terkadang justru Edward yang merasa terganggu melihat betapa nyaman aku di dekatnya.

Menurutnya itu berbahaya bagi kesehatanku— pendapat yang selalu kutolak mentah-mentah setiap kali ia mengutarakannya. Siang berlalu dengan cepat. Sekolah usai, dan seperti biasa, Edward mengantarku ke truk. Tapi kali ini, ia membukakan pintu penumpang. Alice pasti membawa mobilnya pulang supaya Edward bisa memastikan aku tidak kabur.

Aku bersedekap dan tidak menunjukkan tandatanda bakal segera berteduh dari hujan yang menderas.


"Sekarang kan hari ulang tahunku, jadi boleh dong aku yang menyetir?"

"Aku berpura-pura hari ini bukan hari ulang tahunmu, seperti yang kauinginkan.”

"Kalau ini bukan hari ulang tahunku, berarti aku tidak harus pergi ke rumahmu malam ini...”

"Baiklah," Edward menutup pintu dan berjalan melewatiku untuk membuka pintu pengemudi.

"Selamat ulang tahun."

"Ssst," desahku setengah hati.

Aku naik melewati pintu yang sudah terbuka, dalam hati berharap Edward menerima tawaranku yang lain. Edward mengotak-atik radio sementara aku menyetir, menggeleng sebal.

"Sinyal radiomu jelek sekali." Keningku berkerut. Aku tidak suka Edward menjelek-jelekkan trukku. Trukku bagus kok— punya kepribadian.

"Kepingin stereo yang bagus? Naik mobilmu saja." Aku begitu gugup menghadapi rencana Alice,

ditambah suasana hatiku yang memang sudah muram, jadi kata-kata yang keluar dari mulutku terdengar lebih tajam daripada yang sebenarnya kumaksudkan. Aku jarang marah kepada Edward, dan nadaku yang ketus membuat Edward mengatupkan bibir rapat-rapat menahan senyum. Setelah aku memarkir trukku di depan rumah Charlie, Edward merengkuh wajahku dengan kedua tangan.

Ia memegangku sangat hati-hati, hanya ujung-ujung jarinya yang menempel lembut di pelipis, tulang pipi, dan daguku. Seolah-olah aku gampang pecah. Dan itu benar—bila dibandingkan dengan dia, paling tidak.

“Seharusnya hari ini suasana hatimu lebih baik dibanding kan hari-hari lain" bisiknya.

Aroma napasnya yang manis membelai wajahku.

"Dan kalau suasana hatiku jelek?" tanyaku, napasku tidak teratur.

Bola mata Edward yang keemasan menyalanyala.

"Sayang sekali."


Kepalaku sudah berputar-putar saat Edward mendekatkan kepalanya ke wajahku dan menempelkan bibirnya yang sedingin es ke bibirku. Tepat seperti yang ia inginkan, sudah pasti, aku langsung melupakan semua kekhawatiranku dan berkonsentrasi untuk ingat menghirup napas dan mengeluarkannya.

Bibir Edward terus menempel di bibirku, dingin, licin, dan lembut, sampai aku merangkulkan kedua tanganku ke lehernya dan membiarkan diriku hanyut dalam ciumannya, agak terlalu antusias malah. Aku bisa merasakan bibirnya tertekuk ke atas saat ia melepaskan wajahku dan melepaskan tanganku yang mendekap tengkuknya erat-erat.

Edward sangat berhati-hati dalam utusan hubungan fisik, karena ia ingin aku tetap hidup. Meski tahu aku harus memberi jarak aman antara kulitku dengan gigi Edward yang setajam silet dan berlapis racun itu, aku cenderung melupakan halhal remeh semacam itu saat ia menciumku.

"Jangan nakal," desahnya di pipiku.

Edward menempelkan bibirnya sekali lagi dengan lembut ke bibirku, kemudian melepaskan pelukannya, melipat kedua lenganku di perut.

Denyut nadi menggemuruh di telingaku.

Kutempelkan sebelah tanganku ke dada.

Novel Twilight – New Moon Bab 4 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 4 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: