Rabu, 19 Oktober 2022

Baca Selengkapnya Novel Twilight Pandangan Pertama Bab 8

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 8 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊



Baca Selengkapnya Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 8

The Thriftway tak jauh dari sekolah, hanya beberapa blok ke selatan, selepas jalan raya. Rasanya menyenangkan bisa berada di dalam supermarket; rasanya normal. Di tempat asalku akulah yang berbelanja, dan aku menyukainya. Supermarket itu cukup luas sehingga aku tak dapat mendengar tetesan air hujan di atap yang mengingatkan keberadaanku sekarang.

Sesampai di rumah aku mengeluarkan semua barang belanjaan, lalu menyumpalkannya di mana-mana. Kuharap Charlie tidak keberatan. Kubungkus kentang dengan aluminium dan kumasukkan ke oven lalu memanggangnya, melapisi steik dengan saus marinade, dan meletakkannya di atas sekarton telur di kulkas.

Selesai melakukannya, aku membawa tas sekolahku ke atas. Sebelum mengerjakan PR, aku mengganti pakaian dengan yang kering mengikat rambutku yang lembab jadi kucir kuda, dan memeriksa e-mail-ku untuk pertama kali.

Aku mendapat tiga pesan.

"Bella," tulis ibuku...

Kirimi aku kabar begitu kau sampai. Ceritakan bagaimana penerbanganmu. Apakah hujan? Aku sudah merindukanmu. Aku

hampir selesai mengepak untuk ke Florida, tapi aku tak bisa menemukan blus pinkku. Kau tahu di mana aku meletakkannya? Phil kirim salam. Mom.

Aku mendengus dan membaca pesan berikutnya. Pesan itu dikirim delapan jam setelah pesan pertama.

"Bella," tulisnya...

Kenapa kau belum kirim e-mail? Apa sih yang kautunggu?

Mom.

Yang terakhir dikirim pagi ini.

Isabella,

Kalau sampai jam setengah enam sore ini aku belum juga mendengar kabar darimu, aku akan menelepon Charlie.

Aku melihat jam. Aku masih punya waktu satu jam, t. ibuku sangat terkenal suka meledak-ledak.

Mom,

Tenang saja. Aku sedang menulis sekarang. Jangan konyol.

Bella.

Aku mengirimnya dan memulai lagi.

Mom,

Semua baik-baik saja. Tentu saja di sini hujan. Aku menunggu

sampai punya cerita yang bisa kubagikan. Sekolahku tidak jelek,

hanya sedikit mengulang pelajaran. Aku bertemu beberapa anak yang baik yang makan siang bersamaku.

Blus pinkmu ada di dry clean-kau harus mengambilnya hari Jumat.

Charlie membelikan aku truk, kau percaya? Aku menyukainya.

Mobil tua, tapi benar-benar "bandel", yang berarti bagus, kau tahu kan, buatku.

Aku juga rindu padamu. Aku akan menulis lagi nanti, tapi aku takkan mengecek e-mail-ku setiap lima menit sekali. Tenang, tarik napas. Aku sayang Mom.

Bella.

Kuputuskan untuk membaca Wuthering Heights – novel yang sedang kami pelajari di kelas bahasa Inggris-demi kesenangan, dan itulah yang kulakukan ketika Charlie pulang, bergegas turun mengeluarkan kentang dari oven serta memanggang steiknya.

"Bella?" panggil ayahku ketika mendengar aku menuruni tangga.

Memangnya ada orang lain? pikirku.

"Hei, Dad, sudah pulang?"

"Ya." Ia menggantungkan sabuk senjatanya dan melepaskan botnya sementara aku sibuk di dapur. Setahuku, ia tak pernah menembakkan senjatanya selama bertugas. Tapi senjatanya itu selalu siaga. Waktu aku datang ke sini, ketika masih kanak-kanak, Dad selalu mengosongkan pelurunya begitu ia masuk ke rumah. Kurasa sekarang ia sudah menganggapku cukup dewasa sehingga tidak akan dengan sengaja menembak diriku sendiri, dan tidak depresi sehingga mencoba bunuh diri. "Kita makan malam apa?" tanya Dad hati-hati. Ibuku juru masak imajinatif, dan percobaannya tak selalu aman untuk dimakan.

"Steik dan kentang" jawabku, dan Dad tampak lega.

Sepertinya ia merasa salah tingkah berada di dapur tanpa melakukan apa-apa; jadi ia pergi ke ruang tamu dengan langkah diseret lalu menonton TV sementara aku bekerja di dapur. Ini lebih nyaman buat kami berdua. Aku membuat salad sementara steiknya sedang dipanggang kemudian menyiapkan meja makan.

Aku memanggil ayahku ketika makan malam sudah siap, dan ia mengendus nikmat sambil menuju ruang makan.

"Aromanya lezat, Bell."

"Terima kasih."

Selama beberapa menit kami makan dalam diam. Namun diam yang nyaman. Tak satu pun dari kami terusik keheningan itu. Dalam beberapa hal, kami sangat cocok hidup bersama.

"Jadi. bagaimana sekolahmu? Apa kau sudah dapat teman baru?" Dad berkata setelah mengulur waktu. "Well, aku mengambil beberapa kelas bersama cewek bernama Jessica. Saat makan siang, aku duduk bersama teman-temannya. Lalu ada cowok, Mike, yang sangat bersahabat. Semuanya kelihatan lumayan baik." Dengan satu pengecualian mencolok.

"Itu pasti Mike Newton. Anak baik—keluarganya baik.

Ayahnya memiliki toko perlengkapan olahraga di luar kota. Karena banyak backpaeker yang datang ke sini, dia cukup berhasil."

"Apa kau mengenal keluarga Cullen?" tanyaku raguragu.

"Keluarga dr. Cullen? Tentu. Dr. Cullen orang hebat." "Mereka... anak-anaknya... agak berbeda. Sepertinya mereka tidak bisa beradaptasi dengan baik di sekolah." Charlie mengejutkanku karena ekspresinya tampak marah.

"Orang-orang di kota ini," gumamnya. "Dr. Cullen ahli bedah genius dan dia bisa saja memilih bekerja di rumah sakit mana pun di dunia ini, dengan gaji sepuluh kali lipat daripada yang didapatnya di sini," lanjutnya, suaranya makin keras.

“Kita beruntung memilikinya—beruntung istrinya mau tinggal di kota kecil. Dia aset bagi komunitas kita, dan perilaku anak-anak mereka baik dan sopan. Aku memang pernah ragu ketika mereka pertama pindah ke sini, dengan anak-anak remaja adopsi itu. Kupikir mereka akan menimbulkan masalah. Tapi mereka sangat dewasa—aku belum mendapat satu masalah pun dari mereka.

Sesuatu yang belum pernah dilakukan anak-anak yang orangtuanya telah tinggal di sini selama beberapa generasi. Dan keluarga itu hidup seperti keluarga biasa—pergi kemping setiap dua akhir pekan sekali... Tapi hanya karena mereka pendatang baru, lalu orang-orang menggunjingkan mereka." Itu ucapan terpanjang yang pernah kudengar dari Charlie.

Ia pasti tidak menyukai apa pun yang dikatakan orang-orang.

Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 8 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - Pandangan Pertama Bab 8 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: