Rabu, 19 Oktober 2022

Baca Selengkapnya Novel Twilight Pandangan Pertama Bab 7

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 7 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊



Baca Selengkapnya Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 7

2. BUKU YANG TERBUKA

KEESOKAN harinya lebih baik... tapi juga lebih buruk. Lebih baik karena hujan belum turun, meski langit sudah tebal oleh mendung. Itu lebih mudah karena aku jadi tahu apa yang kuharapkan. Mike duduk bersamaku di kelas bahasa Inggris, dan mengantarku ke kelasku berikut.

Eric si anggota Klub Catur memelototinya sepanjang waktu; membuatku tersanjung. Orang-orang tidak memandangiku seperti kemarin. Aku duduk dalam kelompok besar saat makan siang bersama Mike, Eric, Jessica, dan beberapa anak lainnya yang nama dan wajahnya bisa kuingat sekarang. Aku mulai merasa seperti air yang mengalir tenang bukan tenggelam.

Lebih buruk karena aku lelah. Aku masih tak bisa tidur karena angin yang terus bergema di sekeliling rumah. Lebih buruk karena Mr. Varner memanggilku di pelajaran Trigono padahal aku tidak mengacungkan tangan dan jawabanku salah.

Menyedihkan karena aku harus main voli, dan sekalinya tidak terhantam bola, aku malah melemparkannya ke teman sereguku. Dan lebih buruk karena Edward Cullen sama sekali tak terlihat di sekolah. Sepagian aku sangat mengkhawatirkan saat makan siang waswas terhadap tatapan anehnya.

Sebagian diriku ingin mengonfrontasinya dan menuntut ingin mengetahui apa masalahnya. Ketika terbaring nyalang di ranjang aku bahkan membayangkan apa yang bakal kukatakan. Tapi aku mengenal diriku terlalu baik, tak mungkin aku punya nyali melakukannya. Aku membuat Singa Pengecut terlihat seperti sang pemusnah.

Tapi ketika aku berjalan ke kafetaria bersama Jessica— mencoba menjaga mataku agar tidak nanar mencari sosok Edward dan gagal total—aku melihat keempat saudaranya duduk bareng di meja yang sama, tapi ia sendiri tak ada.

Mike menghadang dan mengajak kami ke mejanya. Jessica sepertinya senang dengan perhatian Mike, dan teman-teman Jessica langsung bergabung dengan kami. Tapi sementara aku berusaha mendengarkan obrolan santai mereka, aku merasa sangat tidak nyaman, gelisah menantikan kedatangan Edward. Aku berharap ia akan mengabaikan aku kalau muncul nanti, dan membuktikan kecurigaanku keliru.

Ia tidak datang, dan dengan berlalunya waktu, aku pun semakin tegang.

Aku menuju kelas Biologi dengan lebih percaya diri. Sampai waktu makan siang berakhir tadi, Edward masih belum muncul juga. Mike, yang mirip Golden Retriever, melangkah setia di sisiku menuju kelas. Sesampainya di pintu aku menahan napas, tapi Edward Cullen juga tidak ada di sana. Aku mengembuskan napas dan pergi ke kursi.

Mike mengikuti sambil terus membicarakan rencana jalanjalan ke pantai. Ia tetap di mejaku sampai bel berbunyi. Lalu ia tersenyum sedih dan beranjak duduk dengan cewek berkawat gigi yang rambutnya keriting dan jelek.

Sepertinya aku harus melakukan sesuatu tentang cowok itu, dan ini takkan mudah. Di kota seperti ini, tempat orang-orang selalu ingin tahu apa yang terjadi atas orang lain, diplomasi sangatlah penting. Aku tak pernah pandai berdiplomasi; aku tak pernah berpengalaman menghadapi teman cowok yang kelewat ramah.

Aku lega karena bisa menempati meja itu sendirian, berhubung Edward tidak masuk. Aku terus-menerus mengingatkan diriku, tapi aku tak bisa mengenyahkan kecurigaan bahwa akulah alasan ketidakhadirannya. Betapa konyol dan narsis mengira diriku bisa memengaruhi orang seperti itu. Tidak mungkin. Tapi toh aku tak bisa berhenti mengkhawatirkan bahwa itu benar.

Ketika sekolah akhirnya usai, dan rona di pipiku akibat kecelakaan waktu main voli tadi mulai memudar, aku buruburu mengenakan kembali jins dan sweter biru tentaraku. Aku bergegas meninggalkan kamar ganti cewek, senang karena untuk sementara berhasil melepaskan diri dari temanku yang suka mengekor.

Aku berjalan cepat menuju parkiran. Tempat itu dipenuhi murid yang lalu-lalang. Aku masuk ke truk dan mengaduk-aduk tas, memastikan semua ada di situ.

Semalam aku mengetahui Charlie tak bisa memasak

kecuali membuat telur goreng dan bacon. Jadi aku meminta diberi tugas memasak selama tinggal bersamanya. Charlie dengan senang hari menyerahkan urusan itu kepadaku. Aku juga mendapati Charlie tidak menyimpan makanan apa pun di rumah.

Jadi aku membuat daftar belanjaan, lalu mengambil uang dari stoples bertuliskan UANG MAKANAN yang disimpan di lemari, dan sekarang akan menuju Thrifrway.

Aku menyalakan mesin truk yang menggelegar, mengabaikan kepala-kepala yang menengok, dan mundur pelan menuju barisan mobil yang mengantre keluar dari parkiran. Ketika aku menunggu, mencoba berpura-pura bahwa deru yang memekakkan telinga ini berasal dari mobil orang lain, aku melihat Cullen bersaudara, dan si kembar Hale masuk ke mobil mereka.

Volvo baru yang mengilap. Tentu saja. Sebelumnya aku tidak memerhatikan pakaian mereka—aku kelewat terpesona dengan rupa mereka. Karena sekarang aku memerhatikan, jelas sekali mereka berpakaian sangat bagus: simpel, namun bermerek. Dengan rupa mereka yang luar biasa keren, gaya mereka, mereka bisa saja memakai lap tangan dan tetap kelihatan keren. Rasanya berlebihan sekali memiliki keduanya: wajah rupawan dan uang.

Tapi sejauh yang kutahu, hidup memang lebih sering seperti itu. Dan sepertinya kenyataan itu tak lantas membuat mereka diterima di sini. Tidak, aku tak percaya sepenuhnya. Mereka memang suka menyendiri; tak bisa kubayangkan tak ada yang tidak mau menyambut ketampanan dan kecantikan seperti itu.

Mereka memandang trukku yang berisik ketika aku melewati mereka, sama seperti yang lain. Pandanganku tetap terarah ke muka dan aku merasa lega ketika akhirnya keluar dari lahan sekolah.

Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 7 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - Pandangan Pertama Bab 7 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: