Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .
Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.
Sekarang, kalian membaca Novel Twilight Bab 82 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊
Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 82
LIBURAN musim semi lagi di Forks. Saat terbangun Senin pagi, aku berbaring di tempat tidur beberapa detik, mencerna hal itu. Pada liburan musim semi tahun lalu, aku juga diburu vampir. Mudah-mudahan ini tak lantas menjadi semacam tradisi.
Sebentar saja aku sudah terbiasa dengan pola kehidupan di La Push. Kebanyakan aku melewatkan hari Minggu di pantai, sementara Charlie nongkrong dengan Billy di rumah keluarga Black. Aku dikira sedang bersama Jacob, tapi berhubung banyak yang harus dilakukan Jacob, jadilah aku berkeliaran sendirian, merahasiakannya dari Charlie.
Saat mampir untuk mengecek keadaanku, Jacob meminta maaf karena sering meninggalkanku. Menurutnya, jadwalnya tidak selalu segila ini. tapi sampai Victoria bisa dihentikan, serigala-serigala itu harus tetap waspada penuh.
Saat kami berjalan jalan menyusur tepi pantai sekarang, Jacob selalu menggandeng tanganku. Ini membuatku berpikir tentang komentar Jared tempo hari, tentang Jacob yang melibatkan “ceweknya". Kurasa memang begitulah yang tampak dari luar.
Selama Jake dan aku tahu bagaimana status sebenarnya hubungan kami, tak seharusnya aku membiarkan asumsi-asumsi semacam itu mengganggu pikiranku. Dan mungkin memang tidak akan mengganggu, kalau saja aku tidak tahu Jacob akan sangat senang bila hubungan kami menjadi seperti yang disangka orang.
Tapi berhubung gandengan tangannya terasa menyenangkan karena membuat tanganku hangat, aku pun tidak memprotes. Aku bekerja pada hari Selasa sore—Jacob mengikutiku dengan motornya untuk memastikan aku sampai di sana dengan selamat—dan itu tak luput dari perhatian Mike.
“Kau berkencan dengan cowok dari La Push itu, ya? Yang kelas dua itu?" tanya Mike, tak mampu menyembunyikan perasaan tak suka dalam nada suaranya.
Aku mengangkat bahu.
"Tidak dalam arti teknis. Tapi aku memang menghabiskan sebagian besar waktuku dengan Jacob. Dia sahabatku."
Mata Mike menyipit licik. "Jangan tipu dirimu sendiri, Bella. Cowok itu tergila-gila padamu."
"Memang," aku mendesah.
"Hidup memang rumit."
"Dan cewek-cewek itu kejam," geram Mike pelan.
Kurasa mudah saja berasumsi demikian.
Malam itu Sam dan Emily bergabung dengan Charlie dan aku, menikmati hidangan pencuci mulut di rumah Billy. Emily membawa kue yang sanggup meluluhkan hati lelaki mana pun yang bahkan lebih keras daripada Charlie.
Bisa kulihat, melalui obrolan yang mengalir lancar mengenai berbagai topik, bahwa kekhawatiran Charlie tentang geng di La Push mulai mencair. Jake dan aku menyingkir ke luar, agar lebih leluasa mengobrol. Kami pergi ke garasinya dan duduk di dalam Rabbit. Jacob menyandarkan kepala, wajahnya lesu karena lelah.
"Kau butuh tidur, Jake."
"Nanti juga bisa."
Jacob mengulurkan tangan dan meraih tanganku. Kulitnya terasa sangat panas di kulitku.
"Apakah itu juga salah satu kekhasanmu sebagai werewolf?" tanyaku.
"Tubuh yang panas, maksudku."
"Yeah. Suhu tubuh kami memang sedikit lebih panas daripada manusia normal. Sekitar 42-43 derajat. Aku tidak pernah kedinginan lagi. Aku bisa tahan dalam kondisi begini"—ia mengibaskan tangan, menunjukkan kondisinya yang bertelanjang dada—
"di tengah badai salju dan tidak merasa apa-apa. Kepingan es langsung mencair begitu mengenai tubuhku."
"Dan kalian semua pulih dengan cepat—itu juga kekhasan kalian sebagai werewolf?"
"Yeah, mau lihat? Keren sekali lho." Mata Jacob terbuka dan ia nyengir.
Tangannya merogoh-rogoh ke dalam laci mobil. Sejurus kemudian tangannya keluar lagi, menggenggam pisau lipat.
"Tidak, aku tidak mau melihat!" teriakku begitu menyadari apa yang ada di benak Jacob.
"Singkirkan benda itu!"
Jacob terkekeh, tapi mengembalikan pisau itu ke tempat semula.
"Baiklah. Untung juga kami cepat pulih. Kau kan tidak bisa menemui dokter bila suhu tubuhmu setinggi kami, karena manusia normal pasti sudah mati.”
"Ya, benar juga." Aku memikirkan hal itu sebentar.
"Dan bertubuh sangat besar—itu juga salah satu kekhasan kalian? Apakah karena itu kalian semua mengkhawatirkan Quil?"
"Itu dan fakta bahwa kakek Quil mengatakan anak itu bisa mengoreng telur di dahinya.” Wajah Jacob memperlihatkan ekspresi tak berdaya.
Takkan lama lagi. Tidak ada batasan umur yang tepat... pokoknya seseorang akan semakin besar dan semakin besar lalu tiba-tiba—" Jacob menghentikan kata-katanya dan sejurus kemudian baru bisa bicara lagi. "Terkadang, kalau kau merasa sangat marah atau sebangsanya, itu bias memicu perubahan lebih cepat. Padahal aku tidak sedang marah mengenai sesuatu—aku malah sedang bahagia!” Jacob tertawa getir.
"Karena kau, sebagian besar. Itulah sebabnya ini tidak terjadi lebih cepat padaku. Malah semakin membesar dalam diriku—membuatku jadi seperti bom waktu. Tahukah kau apa yang memicuku jadi berubah? Aku pulang dari nonton film dan kata Billy aku terlihat aneh. Hanya itu, tapi aku langsung emosi. Kemudian aku—aku meledak. Aku sampai nyaris mengoyak-ngoyak wajahnya—ayahku sendiri!" Jacob bergidik, wajahnya memucat. "Separah itukah, Jake?" tanyaku waswas, berharap aku bisa membantunya.
"Apakah kau merana?"
"Tidak, aku tidak merana," jawabnya.
"Tidak lagi. Tidak karena sekarang kau sudah tahu. Rasanya berat sekali, sebelum ini," Ia mencondongkan tubuhnya sehingga pipinya menempel di puncak kepalaku.
Sejenak ia terdiam, dan aku bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang ia pikirkan. Mungkin aku tak ingin mengetahuinya.
"Apa bagian yang paling sulit?" bisikku, masih berharap bisa membantu.
"Bagian tersulit adalah merasa... tidak memiliki kendali," jawabnya lambat-lambat.
"Merasa seolaholah aku tak yakin pada diri sendiri – seperti misalnya kau tidak seharusnya berdekatan denganku, bahwa tak seorang pun seharusnya berdekatan denganku. Seolah-olah aku ini monster yang akan mencederai orang lain. Lihat saja Emily.
Novel Twilight – New Moon Bab 82 Telah Selesai
Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 82 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.
Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.
Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :
- Novel Lelaki Yang Tak Terlihat Kaya
- Novel Romantis Pengantin Pengganti
- Novel Elena : Si Gadis Tangguh
- Novel Charlie Wade Si Kharismatik
- Novel Romantis My Lovely Boss
- Novel Perintah Kaisar Naga
- Novel My Imperfect CEO
- NOVEL KISAH ISTRI BAYARAN
- Novel Perceraian Ke-99

0 komentar: