Kamis, 03 November 2022

Novel Twilight : NEW MOON Bab 68

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 68 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊



Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 68

"Ada apa?" tanyaku.

Jacob mengembuskan napas berat, dan aku sadar selama ini ia juga menahan napas.

"Aku tidak bisa melakukannya," gumamnya, frustrasi.

“Melakukan apa?”

Jacob mengabaikan pertanyaanku.

"Dengar, Bella, pernahkah kau punya rahasia yang tidak bisa kauceritakan pada siapa-siapa?" Ia menatapku dengan sorot mengerti, dan pikiranku langsung melompat ke keluarga Cullen. Mudah-mudahan saja ekspresiku tidak terlihat bersalah.

"Sesuatu yang tidak bisa kauberitahukan pada Charlie, pada ibumu?" desaknya.

"Sesuatu yang bahkan tak bisa kaubicarakan denganku? Bahkan sekarang pun tidak?"

Aku merasakan tatapanku mengeras. Aku tidak menjawab pertanyaannya, meski tahu ia akan mengartikan itu sebagai pembenaran.


"Bisakah kau mengerti bahwa... situasiku saat ini juga kurang-lebih sama?" Ia kembali terbatabata, seolah berusaha mencari kata-kata yang tepat.

"Terkadang loyalitas menghalangimu melakukan hal yang kauinginkan. Terkadang kau tidak bisa menceritakan rahasia itu karena tidak berhak menceritakannya."

Aku tak bisa membantah. Ia benar sekali—aku menyimpan rahasia yang tak berhak kuceritakan, namun yang wajib kulindungi. Rahasia yang, tibatiba, seolah-olah ia tahu mengenainya.

Aku masih belum memahami hubungan antara rahasia ini dengan dia, atau Sam, atau Billy. Apa hubungannya semua ini dengan mereka, apalagi sekarang keluarga Cullen sudah pergi?

"Aku tak tahu mengapa kau datang ke sini, Jacob, kalau tujuanmu hanya untuk berteka-teki denganku, bukannya memberi jawaban."

"Maafkan aku" bisiknya.

"Ini benar-benar membuatku frustrasi."

Beberapa saat kami berpandangan di kamar yang gelap, wajah kami sama-sama tidak memiliki harapan.

"Bagian yang paling menyakitiku," kata Jacob sekonyong-konyong,

"adalah bahwa kau sebenarnya sudah tahu. Aku sudah menceritakan semuanya padamu!"

"Apa maksudmu?"

Jacob terkesiap kaget, kemudian mencondongkan tubuhnya ke arahku, wajahnya berubah dari tidak memiliki harapan ke penuh semangat meluap-luap hanya dalam hitungan detik.

Ia menatap mataku berapi-api, wajahnya antusias dan penuh semangat. Ia mengucapkan kata-kata itu tepat di mukaku; embusan napasnya sepanas kulitnya.

"Kurasa aku tahu bagaimana mengakalinya— karena sebenarnya kau sudah tahu, Bella! Aku tidak boleh menceritakannya padamu, tapi lain halnya kalau kau bisa menebaknya! Aku tidak bisa dibilang membocorkan rahasia!"

"Kau mau aku menebak? Menebak apa?"

"Rahasiaku! Kau pasti bisa—kau sudah tahu jawabannya!"

Aku mengerjap dua kali, mencoba menjernihkan pikiran. Aku lelah sekali. Tak satu pun perkataan Jacob masuk akal bagiku. Jacob melihat ekspresiku yang kosong, kemudian wajahnya kembali mengeras, mengerahkan segenap kekuatan.

"Tunggu, aku akan memberimu sedikit bantuan" katanya. Apa pun yang coba ia lakukan, itu sangat sulit karena napasnya sampai terengah-engah.

"Bantuan?" tanyaku, berusaha mengikuti pembicaraannya.

Kelopak mataku terasa berat, tapi kupaksa mataku agar tetap terbuka.

"Yeah," ujarnya, napasnya berat.

"Seperti petunjuk, misalnya.”

Jacob merengkuh wajahku dengan tangannya yang besar dan kelewat panas, memegangnya hanya beberapa sentimeter dari wajahnya. Ditatapnya mataku dalam-dalam sementara ia berbisik, seolah-olah berusaha memberi tahukan sesuatu di balik kata-kata yang ia ucapkan. "Kau masih ingat waktu kita pertama kali bertemu—di tepi pantai di La Push?"

"Tentu saja masih."

"Ceritakan padaku mengenainya."


Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba berkonsentrasi.

"Kau menanyakan trukku..." Jacob mengangguk, mendorongku untuk melanjutkan.

"Kita mengobrol tentang Rabbit..."

"Teruskan."

"Kita berjalan-jalan di tepi pantai..." Pipiku mulai panas di bawah telapak tangan Jacob saat pikiranku melayang ke hari itu, tapi Jacob tidak menyadarinya, karena kulitnya sendiri panas.

Waktu itu aku mengajaknya jalan-jalan, menggodanya dengan maksud ingin menggali informasi darinya.

Jacob mengangguk, cemas menunggu kelanjutannya.

Suaraku nyaris tak terdengar. "Kau menceritakan kisah- kisah menyeramkan... legenda suku Quileute."

Jacob memejamkan mata dan membukanya lagi. "Ya." Kata itu terucap dengan tegang, bersungguh sungguh,

seolah-olah ia sedang berada di tepi sesuatu yang vital. Ia berbicara lambat-lambat, setiap kata diucapkan dengan jelas.

"Kau ingat apa yang kuceritakan waktu itu?"

Bahkan dalam gelap, ia pasti bisa melihat perubahan rona wajahku. Bagaimana aku bisa melupakannya? Tanpa menyadari apa yang ia lakukan, Jacob memberi tahu apa yang perlu kuketahui hari itu—bahwa Edward adalah vampir. Jacob menatapku dengan mata yang tahu terlalu banyak.

"Pikirkan baik-baik" katanya.

"Ya, aku ingat," desahku.

Jacob menghela napas dalam-dalam, berusaha keras mengendalikan perasaannya.

"Apa kau ingat semua cerita—" Ia tak mampu menyelesaikan pertanyaan. Mulutnya ternganga seakan-akan sesuatu mengganjal kerongkongannya.

"Semua ceritanya?" tanyaku.


Jacob mengangguk bisu.

Kepalaku seperti diaduk-aduk. Hanya satu cerita yang benar-benar penting. Aku tahu Jacob juga menceritakan hal-hal lain, tapi aku tak bisa mengingat cerita pendahuluannya yang tidak penting, apalagi otakku saat ini rasanya tumpul saking lelahnya. Aku mulai menggeleng-gelengkan kepala.

Jacob mengerang dan melompat turun dari tempat tidur. Ia menekankan tinjunya ke kening dan bernapas dengan cepat dan marah. "Kau sudah tahu, kau sudah tahu," gerutunya pada diri sendiri.

"Jake? Jake, please, aku lelah sekali. Aku tidak bisa berpikir sekarang. Mungkin besok..." Jacob menarik napas untuk menenangkan diri dan mengangguk.

"Mungkin nanti kau akan ingat. Kurasa aku mengerti mengapa kau hanya ingat satu cerita saja," imbuhnya dengan nada menyindir dan getir.

"Kau keberatan, tidak, kalau aku bertanya sesuatu tentang hal itu?" tanyanya, nadanya masih sinis.

"Sudah sejak lama aku ingin tahu.”

“Tentang apa?” tanyaku waswas.

"Tentang cerita vampir yang kuceritakan padamu."

Kupandangi dia dengan sorot waspada, tak mampu menjawab. Tanpa menunggu persetujuanku, Jacob tetap mengajukan pertanyaannya.

Novel Twilight – New Moon Bab 68 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 68 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: