Rabu, 02 November 2022

Novel Twilight : NEW MOON Bab 51

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 51 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊



Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 51

Sesudah itu aku benar-benar menonton filmnya, tertawa bersamanya saat adegannya makin lama makin konyol. Bagaimana aku bisa melawan garis batas dalam hubungan kami yang makin lama makin kabur ini kalau aku sangat menikmati kebersamaanku dengannya? Baik Jacob maupun Mike sama-sama menumpangkan lengannya di lengan kursiku, satu di kiri, satu di kanan.

Tangan mereka sama-sama ditumpangkan dengan sikap santai, telapak tangan menghadap ke atas, dalam posisi yang kelihatannya tidak natural. Seperti jebakan beruang dari baja, terbuka dan siap menjerat mangsa.

Jacob punya kebiasaan meraih tanganku setiap kali ada kesempatan, tapi di sini, di dalam bioskop yang gelap, dengan Mike melihat, hal itu bisa diartikan berbeda—dan aku yakin ia tahu itu. Aku tidak percaya Mike memikirkan hal yang sama, tapi tangannya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Jacob.


Kulipat kedua tanganku erat-erat di dada dan berharap tangan mereka akan berhenti beraksi. Mike-lah yang pertama menyerah. Ketika film sudah berjalan kira-kira setengahnya, ia menarik lengannya dan nun condongkan tubuh ke depan, memegang kepalanya dengan tangan.

Mulanya kukira ia bereaksi pada sesuatu yang ada di layat, tapi kemudian ia mengerang.

"Mike, kau tidak apa apa?" bisikku.

Pasangan di depan kami menoleh dan memandangi Mike waktu ia mengerang lagi.

“Tidak,” jawabnya terengah.

“Sepertinya aku sakit."

Aku bisa melihat kilauan keringat di wajahnya dengan bantuan cahaya dari layar. Mike mengerang lagi, lalu bangkit dan menghambur ke pintu. Aku berdiri untuk mengikutinya, dan Jacob langsung meniruku.

“Kau tidak perlu ikut. Jangan biarkan delapan dolarmu terbuang sia-sia," desakku saat berjalan menyusuri gang di tengah deretan kursi bioskop.

"Tidak apa-apa. Kau benar-benar jago memilih film, Bella. Filmnya konvol banget,” Suara Jacob berubah dari berbisik menjadi normal, begitu kami keluar dari teater.

Tidak tampak tanda-tanda Mike di ruang tunggu, dan aku senang Jacob tadi memutuskan keluar bersamaku—ia bisa menyelinap ke toilet cowok untuk mengecek keberadaan Mike di sana.

Beberapa detik kemudian, Jacob kembali.

“Oh, memang benar dia ada di sana," katanya, memutar bola matanya.

"Dasar lembek. Seharusnya kau mengajak orang yang perutnya lebih kuat. Orang yang tertawa kalau melihat darah membuat cowok lembek muntah."

"Akan kubuka mataku lebar-lebar, kalau-kalau ada orang seperti itu."

Kami hanya berdua di ruang tunggu. Kedua teater sedang memutar film, jadi ruang tunggu kosong melompong—cukup sunyi sehingga kami bisa mendengar bunyi berondong jagung meletupletup di kios makanan di lobi.

Jacob duduk di bangku berlapis beledu yang menempel di dinding, menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya.

"Kedengarannya dia bakal lama di dalam sana," katanya, menjulurkan kakinya yang panjang, bersiap-siap menunggu.

Sambil mendesah aku ikut duduk bersamanya. Tampaknya Jacob berpikir untuk mengaburkan garis batas di antara kami lagi. Benar saja, begitu aku duduk, ia membuat gerakan untuk merangkul pundakku.

"Jake," protesku, berkelit. Jacob menurunkan tangannya, tidak tampak tersinggung oleh penolakanku tadi. Ia mengulurkan tangan dan dengan mantap meraih tanganku, menarik pinggangku waktu aku berusaha berkelit lagi. Dari mana ia memperoleh kepercayaan dirinya itu?

"Tunggu sebentar, Bella," katanya, suaranya tenang.

"Jawab dulu pertanyaanku." Aku meringis. Aku tidak ingin melakukan ini. Tidak sekarang, tidak nanti. Tidak ada hal lain yang tersisa dalam hidupku saat ini yang lebih penting daripada Jacob Black. Tapi sepertinya ia bertekad ingin mengacaukan semuanya.

"Apa?" gerutuku masam.

"Kau suka padaku, kan?"

"Kau tahu aku suka padamu."

"Lebih daripada badut yang sedang muntahmuntah di dalam sana itu, kan?" Jacob menuding pintu toilet.

"Ya," aku mendesah.

"Lebih daripada cowok-cowok yang kaukcnal?" Sikapnya kalem, tenang—seolah-olah jawabanku tidak penting, atau ia sudah tahu jawabannya.

"Lebih daripada cewek-cewek juga," jawabku.

"Tapi hanya itu," katanya, dan itu bukan pertanyaan.


Sulit sekali menjawabnya, sulit mengucapkan kata itu. Apakah ia bakal sakit hati dan menghindariku? Bagaimana aku bisa kuat menghadapinya?

"Ya," bisikku.

Jacob nyengir. "Itu tidak apa-apa, tahu. Asalkan kau paling suka padaku. Dan kau menganggapku ganteng—kayaknya Aku siap menjadi orang yang gigih dan menjengkelkan."

"Perasaanku tidak akan berubah,” kataku, dan meski berusaha agar suaraku tetap normal, aku bisa mendengar nada sedih di dalamnya. Ekspresinya seperti berpikir, tak lagi menggoda.

"Pasti masih karena yang satu itu, kan?" Aku meringis.

Lucu juga bagaimana ia seolah tahu untuk tidak mengucapkan namanya—seperti sebelumnya di mobil mengenai musik. Jacob menangkap banyak hal tentang aku tanpa aku perlu menjelaskannya.

"Kau tidak perlu membicarakannya," kata Jacob.

Aku mengangguk, bersyukur.

"Tapi jangan marah padaku kalau aku mendekatimu terus, oke?" Jacob menepuk-nepuk punggung tanganku.

"Karena aku tidak mau menyerah. Aku masih punya banyak waktu."

Aku mendesah.                              

"Seharusnya kau tidak menyianyiakannya untukku," kataku, meski aku menginginkannya.

Apalagi karena ia mau menerimaku dalam keadaanku yang seperti ini— barang rusak, apa adanya.

"Aku memang ingin melakukannya, selama kau masih suka bersamaku."

"Aku tidak bisa membayangkan aku tidak suka bersamamu,” ungkapku jujur.

Jacob berseri-seri. "Itu sudah cukup buatku."

"Hanya saja jangan berharap lebih," aku mengingatkan, mencoba menarik tanganku.

Jacob terus memeganginya dengan gigih.


"Ini tidak membuatmu rikuh, kan?" tanyanya, meremas jari-jariku.

"Tidak," desahku. Sejujurnya, rasanya menyenangkan. Tangannya jauh lebih hangat daripada tanganku; aku selalu merasa kedinginan belakangan ini.

"Dan kau tidak peduli pada apa yang dia pikirkan." Jacob menyentakkan ibu jarinya ke arah toilet.

"Kurasa tidak."

"Kalau begitu apa masalahnya?"

"Masalahnya," ujarku,

"karena ini artinya berbeda bagiku dan bagimu."

"Well," Jacob mempererat genggamannya.

"Itu masalahku, kan?"

"Terserahlah," gerutuku.

"Jangan lupa, tapi."

"Aku tidak akan lupa. Pin-nya sudah dilepaskan dari granatnya, sekarang, he?" Ia menohokkan jarinya ke rusukku.

Aku memutar bola mata. Kurasa kalau ia ingin menjadikan masalah ini sebagai lelucon, itu haknya.

Jacob berdecak pelan sebentar waktu jari manisnya menelusuri bekas luka di sisi tanganku.

"Lucu juga bekas lukamu di sini ini," katanya tiba-tiba, memuntir tanganku untuk mengamatinya.

"Bagaimana kejadiannya?” Telunjuk tangannya yang satu lagi menyusuri tepian bekas luka panjang berbentuk bulan sabit keperakan yang nyaris tak terlihat di kulitku yang pucat.

Aku merengut.

"Masa aku harus mengingat dari mana saja semua bekas lukaku berasal?" Aku menunggu kenangan itu menghantamku— membuka lubang yang menganga.

Tapi seperti yang sudah sering kali terjadi, kehadiran Jacob menjagaku tetap utuh.

Novel Twilight – New Moon Bab 51 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 51 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: