Selasa, 01 November 2022

Novel Twilight : NEW MOON Bab 50

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 50 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊



Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 50

"Aku ingin nonton Crosshairs? aku bersikeras. "Aku sedang mood nonton film-film action. Yang banyak darah dan isi perutnya!''

"Oke." Mike berpaling, tapi aku masih sempat melihat ekspresinya yang menganggapku sinting. Sesampainya di rumah sepulang sekolah, sebuah mobil yang sangat familier terparkir di depan rumahku. Jacob berdiri bersandar di kap mesin, seringai lebar menghiasi wajahnya.

"Tidak mungkin!" teriakku sambil melompat turun dari truk.

"Kau sudah selesai! Aku tidak percaya! Kau sudah selesai memermak si Rabbit!" Jacob berseri-seri.

"Baru semalam. Ini perjalanan pertamanya."

"Luar biasa." Kuangkat tanganku untuk ber-high five.

Jacob memukulkan telapak tangannya ke telapak tanganku, tapi membiarkannya tetap menempel di sana, memilin jari-jarinya dengan jari jariku.

"Jadi, boleh tidak aku mengendarainya malam ini?"

"Jelas boleh," jawabku, lalu mendesah.

"Ada apa?"

"Aku menyerah—aku tidak bisa mengungguli ini. Jadi kau menang. Kau yang paling tua." Jacob mengangkat bahu, tidak terkejut melihatku menyerah.


"Itu sudah jelas."

Suburban Mike muncul di tikungan, berdegukdeguk. Kutarik tanganku dari tangan Jacob, dan kulihat ia mengernyit.

"Aku ingat cowok ini," katanya pelan ketika Mike memarkir mobilnya di seberang jalan.

"Dia cowok yang mengira kau pacarnya. Dia masih salah sangka?"

Aku mengangkat sebelah alisku.

"Sebagian orang sulit menerima penolakan."

"Bagaimanapun," kata Jacob sambil merenung,

"terkadang kegigihan bisa membuahkan hasil."

"Lebih sering menjengkelkan, tapi."

Mike turun dari mobil dan menyeberang jalan.

"Hai, Bella,” ia menyapaku, kemudian matanya berubah waswas pada waktu menengadah memandangi Jacob. Kulirik Jacob sebias berusaha objektif. Ia sama sekali tidak mirip anak kelas 2 SMA. Badannya besar sekali—kepala Mike nyaris tidak sampai sebahu Jacob; aku bahkan tak ingin membayangkan tinggi, ku kalau aku berdiri di sebelahnya—dan wajahnya juga tampak lebih tua daripada biasa, bahkan sebulan yang lalu sekalipun.

"Hai. Mike! Kau masih ingat Jacob Black?"

“Tidak juga.” Mike mengulurkan tangan.

"Teman lama keluarga,” Jacob memperkenalkan diri, menjabat tangan Mike. Mereka bersalaman dengan keras. Setelah melepaskan genggamannya.

Mike meregangkan jari-jarinya.

Kudengar telepon berdering dari dapur.

“Kuangkat dulu ya— siapa tahu dari Charlie," kataku pada mereka, lalu berlari masuk.

Ternyata Ben. Angela terserang flu perut, dan ia enggan pergi sendiri tanpa Angela. Ia meminta maaf karena batal pergi dengan kami. Aku berjalan lambat-lambat menghampiri kedua cowok yang sedang menunggu itu, menggelengkan kepala.

Aku benar-benar berharap Angela cepat sembuh, tapi harus kuakui aku agak kesal oleh perkembangan tak terduga ini. Jadi sekarang hanya tinggal kami bertiga, Mike, Jacob, dan aku— benar-benar menyenangkan, pikirku, sinis bercampur muram.

Keliarannya Jake dan Mike tidak berusaha mengakrabkan diri selama kepergianku. Mereka berdiri terpisah beberapa meter, saling memunggungi sambil menungguku; ekspresi Mike masam, meski Jacob tetap seceria biasa.

“Ang sakit,” aku memberi tahu dengan muram.

"Dia dan Ben tidak bisa ikut.”

“Kurasa flu itu mulai menulari anak-anak lain. Austin dan Conner hari ini juga tidak masuk. Mungkin lain kali saja kita pergi," Mike menyarankan.


Sebelum aku sempat mengiyakan, Jacob sudah angkat bicara.

"Aku sih masih tetap ingin pergi. Tapi kalau kau lebih suka tidak pergi, Mike—"

"Tidak, aku ikut," potong Mike.

"Aku hanya memikirkan Angela dan Ben. Ayo kita pergi," Ia mulai berjalan menghampiri Suburban-nya. "Hei, kau keberatan tidak kalau Jacob yang menyetir?" tanyaku.

"Aku sudah bilang dia boleh menyetir tadi—dia baru saja selesai memperbaiki mobilnya. Dia memermaknya dari nol lho," pamerku, bangga seperti ibu yang anaknya juara kelas.

"Terserah," bentak Mike.

"Baiklah kalau begitu," sahut Jacob, seakanakan semua beres.

Di antara kami bertiga, dialah yang kelihatannya paling santai. Mike naik ke kursi belakang Rabbit dengan ekspresi jijik.

Jacob, seperti biasa, bersikap riang, mengobrol ramai sampai aku sama sekali lupa pada Mike yang merajuk tanpa suara di kursi belakang. Kemudian Mike mengubah strategi. Ia mencondongkan tubuh, meletakkan dagunya di bahu kursi; pipinya nyaris menyentuh pipiku. Aku bergeser sedikit, memunggungi jendela.

"Radionya rusak, ya?" tanya Mike, nadanya sedikit marah, memotong omongan Jacob.

"Tidak," jawab Jacob

"Tapi Bella tidak suka musik."

Kupandangi Jacob, terkejut. Aku tidak pernah bilang begitu padanya.

"Bella?" tanya Mike, jengkel.

Dia benar gumamku, sambil masih terus memandangi profil Jacob yang tenang.

"Kok bisa kau tidak suka musik?" tuntut Mike Aku mengangkat bahu.

"Entahlah. Jengkel saja mendengarnya.”

“Hmph,” Mike duduk bersandar. Waktu kami sampai di bioskop, Jacob mengulurkan selembar sepuluh dolar.

“Apa ini?” tolakku.

“Aku belum cukup umur untuk nonton film ini," ia mengingatkanku.

“Aku tertawa keras-keras. "Jadi usia relatif tak ada gunanya, ya. Apakah Billy akan membunuhku kalau aku menyelundupkanmu masuk?”

“Tidak. Aku sudah bilang padanya kau berencana mengorupsi keluguanku "

Aku terkikik, dan Mike mempercepat langkah untuk mengimbangi kami.

Aku nyaris berharap Mike memutuskan untuk tidak ikut saja. Ia masih terus merajuk—merusak suasana saja. Tapi aku juga tak ingin berkencan sendirian dengan Jacob. Itu tidak akan membantu apa-apa.


Filmnya tepat seperti yang diramalkan. Di bagian awalnya saja sudah empat orang yang ditembak dan satu dipenggal kepalanya. Cewek di depanku menutup mata dan memalingkan wajah ke dada teman kencannya. Si cowok menepuk-nepuk bahu si cewek, sambil sesekali nyengir. Mike sepertinya

tidak menonton. Wajahnya kaku sementara matanya memelototi tirai di aras layar. Aku menyiapkan diri untuk bertahan selama dua jam, menonton warna-warna dan gerakangerakan di layar, bukannya melihat bentuk-bentuk orang, mobil, dan rumah. Tapi kemudian Jacob mulai tertawa.

"Apa?" bisikku.

"Oh, ayolah!" Jacob balas mendesis.

"Masa darah menyembur sejauh itu. Ketahuan banget bohongnya!"

Lagi-lagi ia tertawa, saat tiang bendera menombak seorang pria ke tembok beton.

Novel Twilight – New Moon Bab 50 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 50 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: