Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .
Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.
Sekarang, kalian membaca Novel Twilight Bab 42 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊
Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 42
Kulihat lelaki yang tubuhnya paling tinggi maju semakin dekat ke pinggir tebing. Otomatis aku memperlambat laju truk, kakiku ragu-ragu di pedal rem.
Dan detik berikutnya, lelaki itu menjatuhkan dirinya dari pinggir tebing.
"Tidak!" teriakku, menginjak rem dalam-dalam.
"Ada apa?" Jacob balas berteriak, kaget.
"Orang itu—dia baru saja melompat dari pinggir tebing! Mengapa mereka tidak mencegahnya? Kita harus menelepon ambulans!" Kubentangkan pintu truk lebar-lebar dan melompat keluar, tindakan yang sama sekali tak masuk akal.
Jalan tercepat ke pesawat telepon adalah kembali ke rumah Billy Tapi aku tidak memercayai apa yang baru saja kulihat. Mungkin di alam bawah sadarku, aku berharap akan melihat sesuatu yang berbeda bila tidak dihalangi kaca depan trukku.
Jacob tertawa, dan aku berbalik menatapnya dengan panik. Apakah ia begitu tidak punya perasaan, begitu tega?
"Mereka hanya terjun dari tebing, Bella. Rekreasi. Di La Push kan tidak ada mal," Jacob menggoda, meski ada secercah nada kesal dalam suaranya.
"Terjun dari tebing?" ulangku, bingung. Tak percaya rasanya melihat sosok kedua melangkah ke pinggir tebing, diam sejenak, kemudian dengan sangat anggun melompat ke udara. Ia melayang untuk waktu yang rasanya seperti berabad-abad bagiku, sebelum akhirnya membelah ombak kelabu gelap dengan mulus, jauh di bawah sana.
"Wow. Tinggi sekali." Aku masuk kembali ke truk, sambil terus memandangi kedua penerjun yang tersisa. "Tingginya tidak mungkin kurang dari tiga puluh meter."
"Well, yeah, kebanyakan dari kami terjun dari posisi yang agak lebih ke bawah, dari batu yang menjorok ke luar tebing itu." Jacob menuding ke luar jendela. Tempat yang ditunjukkannya memang tampak jauh lebih masuk akal.
"Orang-orang itu sinting. Mungkin hanya ingin pamer. Maksudku, yang benar saja, hari ini kan dingin sekali. Airnya pasti sangat dingin." Jacob mengernyit tak setuju, seolah-olah adegan berbahaya tadi menyinggungnya secara pribadi.
Aku agak terkejut juga melihatnya. Kukira Jacob hampir tak pernah marah.
"Kau pernah terjun dari tebing?" Kata "kami" yang diucapkannya tadi tak luput dari pendengaranku.
"Tentu, tentu," Ia mengangkat bahu dan nyengir.
"Asyik kok. Agak ngeri, memacu adrenalin." Aku menoleh kembali memandangi tebing-tebing itu, dan melihat sosok ketiga mondar-mandir di pinggir tebing. Belum pernah aku menyaksikan sesuatu yang senekat itu seumur hidupku. Mataku membelalak, dan aku tersenyum.
"Jake, kau harus mengajakku terjun dari tebing kapan-kapan. Jacob menatapku dengan kening berkerut, wajahnya tidak setuju. "Bella, baru saja kau mau memanggilkan ambulans untuk Sam," ia mengingatkanku. Kaget juga aku, ia bisa mengenali siapa orang tadi dari kejauhan.
"Aku ingin mencoba," aku berkeras, bergerak untuk turun lagi dari truk.
Jacoh menyambar pergelangan tanganku.
“Jangan hari ini ok?: Bisakah kira menunggu setidaknya sampai cuaca menghangat?"
“Oke, baik." aku setuju. Dengan pintu terbuka,angin sedingin es membuat bulu kudukku meremang. "Tapi aku ingin melakukannya dalam waktu dekat.”
"Dalam waktu dekat." Jacob memutar bola matanya.
"Terkadang kau sedikit aneh, Bella. Kau tahu itu?"
Aku mendesah. "Ya."
“Dan kita tidak akan terjun dari puncak." Aku menonton, takjub, saat pemuda ketiga memulai terjunnya dengan berlari lebih dulu dan melontarkan diri lebih jauh ke udara kosong daripada kedua temannya yang lain.
Pemuda itu meliuk dan berputar-putar di angkasa saat terjun bebas, seperti penerjun payung. Ia tampak benarbenar bebas—tanpa beban dan bersikap sesuka hati.
"Baiklah." aku setuju.
"Setidaknya untuk pertama kali."
Sekarang giliran Jacob yang mendesah.
"Jadi, tidak, kita menjajal motor kita?" tuntut Jacob.
"Oke, oke," jawabku, mengalihkan mata dari orang terakhir yang menunggu di tebing.
Kukenakan lagi sabuk pengamanku dan menutup pintu. Mesin masih menyala, meraung keras bila tidak dijalankan. Kami kembali melaju.
“Jadi siapa mereka—orang-orang gila itu?" tanyaku.
Jacob mengeluarkan suara seperti kesal dari tenggorokannya.
"Mereka geng La Push."
"Kalian punya geng?" tanyaku. Sadarlah aku suaraku terdengar kagum.
Jacob langsung tertawa melihat reaksiku.
"Tidak seperti itu. Sumpah, mereka itu seperti pengawas sekolah yang melenceng dari tugasnya. Mereka tidak suka bikin ulah, melainkan menjaga ketenteraman." Jacob mendengus.
"Pernah, suatu kali ada pemuda dari daerah Makah rez sana, badannya juga besar, pokoknya penampilannya sangar. Well, menurut kabar burung, pemuda itu menjual sabu ke anak-anak, dan Sam Uley serta para muridnya mengusir pemuda itu dari tanah kami. Mereka selalu saja mendengung-dengungkan soal tanah kami dan harga diri suku... konyol juga lama-lama. Parahnya lagi, dewan suku menganggap serius mereka. Kata Embry, dewan suku benar-benar bertemu Sam secara teratur." Jacob menggeleng-gelengkan kepala, wajahnya menunjukkan mimik tidak suka. "Embry juga pernah mendengar dari Leah Clearwater bahwa geng itu menyebut diri mereka 'pelindung’ atau semacam itulah."
Tangan Jacob mengepal, sepertinya gatal ingin meninju sesuatu. Belum pernah aku melihatnya seperti itu.
Kaget juga aku mendengar nama Sam Uley disebut-sebut. Aku tidak ingin nama itu membawa kembali ingatan tentang mimpi burukku, jadi aku buru-buru menyampaikan hasil pengamatan sekilasku untuk mengalihkan perhatian.
"Kau tidak terlalu menyukai mereka."
"Kelihatan, ya?" tanyanya sarkastis.
"Well. Kedengarannya mereka tidak melakukan hal yang tidak baik" Aku berusaha menenangkan Jacob, membuatnya riang kembali.
"Hanya saja sikap mereka memang agak terlalu sok alim untuk anak geng."
"Yeah. Sok alim itu istilah yang tepat. Mereka selalu ingin pamer—seperti terjun tebing itu. Mereka bertingkah seperti... seperti, entahlah. Seperti cowok-cowok macho. Dulu pernah, waktu nongkrong di toko bersama Embry dan Quil, semester lalu, Sam datang bersama kronikroninya, Jared dan Paul. Quil mengatakan sesuatu, kau kan tahu dia suka omong besar dan omongannya membuat Paul jengkel. Matanya langsung berubah gelap, dan dia seperti tersenyum—bukan, dia memamer kan giginya rapi tidak tersenyum—dan sepertinya dia marah sekali sampai-sampai sekujur tubuhnya bergetar atau bagaimana. Tapi Sam meletakkan tangannya di dada Paul dan menggeleng. Paul memandanginya
sebentar dan kemudian tenang kembali. Terus terang, seolah-olah Sam-lah yang bisa menenangkannya—seakan-akan Paul bakal mencabik-cabik kami kalau tidak dihentikan Sam." Jacob mengerang. "Seperti film western kacangan. Kau tahu kan, Sam itu besar sekali, umurnya saja sudah dua puluh. Tapi Paul juga masih enam belas, lebih pendek daripada aku dan tidak segempal Quil. Kurasa, salah satu dari kami bisa saja mengalahkannya."
Novel Twilight – New Moon Bab 42 Telah Selesai
Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 42 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.
Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.
Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :
- Novel Lelaki Yang Tak Terlihat Kaya
- Novel Romantis Pengantin Pengganti
- Novel Elena : Si Gadis Tangguh
- Novel Charlie Wade Si Kharismatik
- Novel Romantis My Lovely Boss
- Novel Perintah Kaisar Naga
- Novel My Imperfect CEO
- NOVEL KISAH ISTRI BAYARAN
- Novel Perceraian Ke-99

0 komentar: