Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .
Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.
Sekarang, kalian membaca Novel Twilight Bab 133 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊
Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 133
Sesampainya di rumahku, Edward tidak berhenti. Ia langsung berlari menaiki dinding dan masuk lewat jendela kamarku dalam tempo setengah detik. Lalu ia melepaskan kedua lenganku yang melingkari lehernya dan membaringkanku di tempat tidur.
Kusangka aku punya gambaran cukup jelas tentang apa yang ia pikirkan, tapi ekspresinya membuatku terkejut. Bukannya marah, ia malah terlihat seperti menimbang-nimbang Ia berjalan mondar-mandir tanpa suara di kamarku yang gelap sementara aku memerhatikan dengan kecurigaan yang semakin menjadi-jadi.
"Apa pun yang kaurencanakan, itu tidak akan berhasil," kataku.
"Ssstt. Aku sedang berpikir."
"Ugh," erangku, mengempaskan diri ke tempat tidur dan menyelubungi kepalaku dengan selimut. Tidak terdengar suara apa-apa, tapi mendadak Edward sudah di sana. Ia menyibakkan selimut supaya bisa melihatku. Ia berbaring di sebelahku. Tangannya terangkat, menyibakkan rambutku yang jatuh di pipi.
"Kalau kau tidak keberatan, aku lebih suka kau tidak menyembunyikan wajahmu. Aku sudah pernah merasakan hidup tanpa kau selama yang bisa kutahan. Sekarang... jawab pertanyaanku."
"Apa?" tanyaku, enggan.
"Seandainya kau bisa memiliki segalanya yang ada di dunia ini, apa saja, apa yang kauinginkan?" Aku bisa merasakan skeptisme di mataku.
"Kau." Edward menggeleng tidak sabar.
"Sesuatu yang belum kaumiliki."
Aku tidak yakin ke mana ia berusaha mengarahkanku, jadi aku berpikir dengan hati-hati sebelum menjawab. Aku menemukan jawaban yang memang benar, tapi mungkin juga mustahil.
“Aku ingin... bukan Carlisle yang melakukannya. Aku ingin kaulah yang mengubahku." Kuamati reaksi Edward dengan kecut, mengira ia akan marah lagi seperti yang kulihat di rumahnya tadi. Kaget juga aku waktu kulihat ekspresinya tidak berubah.
Ia masih terlihat menimbangnimbang, berpikir keras.
"Kau rela menukar itu dengan apa?" Aku tidak memercayai pendengaranku.
Dengan mulut ternganga lebar, kupandangi wajahnya yang tenang dan langsung melontarkan jawaban sebelum otakku sempat berpikir.
"Apa saja."
Edward tersenyum tipis, kemudian mengerucutkan bibir.
"Lima tahun?" Wajahku berkerut membentuk ekspresi antara kecewa dan ngeri.
"Kaubilang tadi apa saja," Edward mengingatkanku.
"Ya, tapi... kau akan memanfaatkan waktu lima tahun itu untuk berkelit. Aku harus menyambar kesempatan ini, mumpung masih ‘panas’. Lagi pula, terlalu berbahaya menjadi manusia—bagiku, setidaknya. Jadi, apa saja kecuali itu." Edward mengerutkan kening.
"Tiga tahun?"
"Tidak!"
"Itu tidak berarti apa-apa sama sekali bagimu?" Aku berpikir betapa aku sangat menginginkan hal ini.
Lebih baik memasang wajah sok tenang, aku memutuskan, dan tidak membiarkan Edward tahu betapa aku sangat menginginkannya. Itu akan membuat posisiku berada di atas angin.
"Enam bulan?" Edward memutar bola matanya.
"Masih kurang."
"Satu tahun, kalau begitu," tawarku.
"Itu batasanku."
"Paling tidak beri aku dua tahun."
"Enak saja. Sembilan belas aku masih mau. Tapi jangan harap aku mau mendekati usia dua puluh. Kalau selamanya kau akan berusia belasan, aku juga mau seperti itu.
Edward berpikir sebentar.
"Baiklah. Lupakan soal batasan waktu. Kau boleh menjadi seperti aku tapi ada syaratnya.”
"Syarat?" Suaraku berubah datar.
"Syarat apa?” Sorot mata Edward tampak hati-hati—ia berbicara lambat-lambat.
"Menikahlah dulu denganku." Kupandangi dia, menunggu... "Oke. Di mana lucunya?"
Edward mendesah.
"Kau melukai egoku, Bella. Aku baru saja melamarmu, tapi kau malah menganggapnya gurauan."
"Edward, kumohon, seriuslah."
“Aku seratus persen serius." Edward menatapku tanpa sedikit pun sorot humor di wajahnya.
"Oh, ayolah," tukasku, ada secercah nada histeris dalam suaraku.
"Aku kan baru delapan belas."
"Well, aku hampir seratus sepuluh. Sudah waktunya aku menikah."
Aku membuang muka, memandang ke luar jendela yang gelap, berusaha mengendalikan kepanikan sebelum telanjur meledak.
"Begini, menikah tidak masuk dalam daftar prioritasku saat ini, kau mengerti? Ini ibarat ciuman kematian bagi Renee dan Charlie."
"Pilihan katamu menarik."
"Kau tahu maksudku."
Edward menghela napas dalam-dalam.
"Tolong jangan katakan kau takut pada komitmen," kata Edward dengan nada tidak percaya, dan aku mengerti maksudnya.
"Sama sekali bukan itu," elakku.
"Aku... takut pada reaksi Renee. Dia sangat menentang pernikahan sebelum aku berumur tiga puluh."
"Karena dia lebih suka kau menjadi salah satu dari kaum yang terkutuk selamanya." Edward tertawa sinis.
"Kurasa kau bercanda."
"Bella, kalau kau membandingkan tingkat komitmen antara Penyatuan dalam ikatan pernikahan dengan menukar jiwamu sebagai ganti hidup selamanya sebagai vampir..." Edward menggelengkan kepala.
"Kalau kau tidak cukup berani untuk menikah denganku, maka"
"Well," aku menyela.
"Bagaimana kalau aku berani? Bagaimana kalau kuminta kau membawaku ke Vegas sekarang juga? Apakah tiga hari lagi aku bisa menjadi vampir?"
Edward tersenyum, giginya berkilau dalam gelap.
"Tentu; jawabnya, menerima gertakanku”.
"Kuambil dulu mobilku."
"Brengsek," gerutuku. "Kuberi kau waktu delapan belas bulan."
"Tidak ada kesepakatan lain," sergah Edward, nyengir. "Aku suka syarat ini"
"Baiklah. Biar Carlisle saja yang melakukannya setelah aku lulus nanti."
"Kalau memang itu maumu." Edward mengangkat bahu, dan senyumnya benar-benar seperti senyum malaikat.
"Kau benar-benar keterlaluan," erangku. "Benarbenar monster." Edward terkekeh.
"Jadi karena itu kau tidak mau menikah denganku?" Lagi-lagi aku mengerang.
Edward mencondongkan tubuh ke arahku; bola matanya yang hitam pekat melebur dan berapi-api, membuyarkan konsentrasiku.
"Please, Bella?" desahnya.
Sejenak aku sampai lupa bernapas. Begitu pulih kembali, aku buru-buru menggeleng, berusaha menjernihkan pikiranku yang mendadak buntu.
"Apakah akan lebih baik jika aku punya waktu untuk membelikanmu cincin?"
"Tidak! Tidak usah ada cincin segala!" Bisa dibilang aku benar-benar berteriak.
“Uups.”
"Charlie bangun; sebaiknya aku pulang," kata Edward dengan sikap menyerah. Jantungku
berhenti berdetak.
Edward mengamati ekspresiku sesaat.
"Kekanak-kanakan tidak, kalau aku bersembunyi di lemarimu?"
"Tidak," bisikku penuh semangat.
"Tinggallah. Please."
Edward tersenyum dan menghilang. Aku gelisah seperti cacing kepanasan dalam gelap, menunggu Charlie datang mengecekku. Edward tahu persis apa yang ia lakukan, dan aku berani bertaruh, membuatku kaget adalah bagian dari rencananya. Tentu saja aku masih punya pilihan membiarkan Carlisle melakukannya, tapi sekarang setelah aku tahu ada kesempatan Edward mau mengubahku sendiri, aku sangat menginginkan kesempatan itu. Curang benar Edward.
Pintu kamarku membuka secelah.
Novel Twilight – New Moon Bab 133 Telah Selesai
Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 133 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.
Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.
Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :
- Novel Lelaki Yang Tak Terlihat Kaya
- Novel Romantis Pengantin Pengganti
- Novel Elena : Si Gadis Tangguh
- Novel Charlie Wade Si Kharismatik
- Novel Romantis My Lovely Boss
- Novel Perintah Kaisar Naga
- Novel My Imperfect CEO
- NOVEL KISAH ISTRI BAYARAN
- Novel Perceraian Ke-99

0 komentar: