Senin, 07 November 2022

Novel Twilight : NEW MOON Bab 102

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 102 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊




Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 102

Sebuah tangan cokelat halus mengulurkan bolpoin padaku.

"Trims,” gumamku, menarik tutupnya dengan gigi.

Tanpa bersuara Jacob mengulurkan notes tempat kami biasa menuliskan pesan-pesan telepon. Kurobek lembaran paling atas dan kulempar begitu saja ke balik bahuku. Dad, tulisku.

Aku bersama Alice. Edward sedang ada masalah. Dad boleh menghukumku kalau aku pulang nanti Aku tahu waktunya sangat tidak tepat. Maafkan aku. Sangat sayang padamu. Bella. "Jangan pergi," bisik Jacob. Amarahnya lenyap karena sekarang Alice sudah tak ada lagi di ruangan itu.

Aku tidak mau membuang-buang waktu berdebat dengannya.

"Kumohon, kumohon, kumohon jaga Charlie baik-baik," pintaku sambil melesat kembali ke ruang depan. Alice menunggu di ambang pintu dengan tas disampirkan ke pundak.

"Ambil dompetmu—kau harus membawa KTP. Please, kuharap kau punya paspor. Tak ada waktu untuk membuat paspor palsu."

Aku mengangguk dan berlari menaiki tangga, lututku lemas oleh perasaan bersyukur karena ibuku sempat ingin menikah dengan Phil di pantai di Meksiko. Tentu saja, seperti semua rencananya yang lain, rencana itu gagal total. Tapi aku sudah telanjur melakukan segala persiapan berkenaan dengan rencananya itu.


Aku menghambur memasuki kamar. Kujejalkan dompet tuaku, T-shirt bersih, dan celana panjang ke dalam ransel, dan cak ketinggalan sikat gigi. Lalu aku melesat lagi menuruni tangga. Perasaan deja vu nyaris terasa mencekik saat ini.

Setidaknya, tidak seperti waktu itu—ketika aku harus melarikan diri dari Forks untuk lolos dari kejaran para vampir haus darah, bukan malah menemui mereka—aku tidak perlu berpamitan dengan Charlie secara langsung.


Jacob dan Alice tampak bersitegang di depan pintu yang terbuka, berdiri berjauhan satu sama lain hingga awalnya orang pasti takkan mengira mereka sedang berbicara. Tampaknya mereka tak menggubris kemunculanku kembali yang berisik.

"Mungkin saja kau bisa mengendalikan diri sesekali, tapi kau membawanya ke hadapan lintahlintah yang—" tuduh Jacob dengan nada marah.

"Ya. Kau benar, anjing." Alice tak kalah garang.

"Keluarga Volturi itu inti utama jenis kami— merekalah alasan mengapa bulu kudukmu meremang saat kau mencium bauku. Mereka hakikat mimpi-mimpi burukmu, kengerian di balik instingmu. Aku bukannya tidak menyadari hal itu."

"Dan kau membawa Bella ke mereka, seperti membawa sebotol anggur ke pesta!" teriak Jacob.

"Kaupikir dia lebih aman bila aku meninggalkannya sendirian di sini, bersama Victoria yang mengincarnya?”

"Kami bisa mengatasi si rambut merah.”

"Kalau benar begitu, mengapa dia masih berburu?"

Jacob menggeram, dan getaran hebat mengguncang tubuhnya.

“Hentikan!” teriakku pada mereka berdua, kalut oleh perasaan tidak sabar.

"Nanti saja berdebatnya, kalau kita sudah kembali. Ayo berangkat!” Alice berbalik menuju mobilnya, menghilang saking buru-burunya. Aku bergegas menyusulnya, otomatis berhenti sebentar untuk berbalik dan mengunci pintu.

Jacob menyambar lenganku dengan tangannya yang gemetar.

"Please, Bella. Kumohon." Bola matanya yang gelap berkaca-kaca oleh air mata. Tenggorokanku tercekat.

"Jake, aku harus—“

"Tapi kau tidak harus pergi. Sungguh. Kau bisa tinggal di sini bersamaku. Kau bisa tetap hidup. Demi Charlie. Demi aku."

Mesin Mercedes Carlisle menderum; meraungraung semakin keras saat Alice menginjak pedal gas dengan tidak sabar.

Aku menggeleng, air mataku mengalir turun. Kutarik lenganku dari pegangannya, dan Jacob tidak menahanku.

“Jangan mati, Bella," katanya dengan suara tercekik.

"Jangan pergi. Jangan." Bagaimana kalau aku tidak pernah melihatnya lagi?


Pikiran itu menyeruak keluar dari benakku di sela-sela air mata tanpa suara; sedu sedan terlontar dari dadaku. Aku meraih pinggang Jacob dan memeluknya sebentar, mengubur wajahku yang bersimbah air mata di dadanya. Jacob menempelkan tangannya yang besar ke belakang kepalaku, seolah-olah ingin menahanku di sana.

"Selamat tinggal, Jake." Kutarik tangannya dari rambutku, dan kuaum telapaknya. Aku tak sanggup menatap wajahnya.

“Maaf,” bisikku.

Kemudian aku berbalik dan berlari ke mobil.

Pintu penumpang sudah terbuka, menunggu. Kulempar ranselku ke belakang dan masuk, membanting pintu di belakangku.

“Jaga Charlie baik-baik!" aku menoleh dan berteriak ke luar jendela, tapi Jacob sudah tidak tampak lagi.

Saat Alice menginjak pedal gas kuatkuat dan – ban mobil berderit keras bagaikan lengkingan suara manusia – memutar mobil dengan cepat ke arah jalan, mataku tertumpu pada cabikan sesuatu berwarna putih, dekat pinggir pepohonan. Cabikan sepatu.

Novel Twilight – New Moon Bab 102 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 102 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: