Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .
Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.
Sekarang, kalian membaca Novel Twilight Bab 21 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊
Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 21
"Bella, namaku Sam Uley." Namanya sama sekali asing.
"Charlie menyuruhku mencarimu." Charlie? Nama itu menggugahku, dan aku berusaha lebih menyimak perkataannya. Charlie berarti sesuatu, kalaupun yang lain tidak.
Lelaki jangkung itu mengulurkan tangan. Kutatap tangan itu, tak yakin harus melakukan apa.
Mata hitamnya menilaiku sedetik, kemudian ia mengangkat bahu. Dengan gerakan cepat dan luwes, ia mengangkatku dari tanah dan membopongku.
Aku terkulai dalam gendongannya, lemas, sementara lelaki itu berjalan melompat-lompat dengan tangkas menembus hutan yang basah. Sebagian diriku tahu seharusnya ini membuatku marah—dibopong orang asing. Tapi aku sudah tak punya tenaga lagi untuk marah.
Rasanya sebentar saja sudah tampak lampulampu dan dengungan berat suara kaum lelaki. Sam Uley memperlambat langkah saat mendekati kerumunan.
"Aku menemukannya!" serunya, suaranya menggelegar.
Dengungan itu terhenti, dan mulai lagi sejurus kemudian dengan lebih keras. Wajah-wajah berputar membingungkan di atas kepalaku. Hanya suara Sam yang masuk akal di tengah kekacauan itu, mungkin karena telingaku menempel di dadanya.
"Tidak, kurasa dia tidak cedera," katanya pada seseorang.
"Dia hanya terus-menerus berkata 'Dia sudah pergi’."
Apakah aku mengatakannya dengan suara keras? Kugigit bibirku.
"Bella, Sayang, kau baik-baik saja?" Itu suara yang pasti akan kukenali di mana pun—bahkan saat suaranya sarat oleh perasaan khawatir seperti sekarang ini.
"Charlie?" Suaraku terdengar asing dan kecil.
"Aku di sini, Sayang"
Aku merasa tubuhku dipindahkan, dan sejurus kemudian, aku bisa mencium bau khas jaket sheriff ayahku yang terbuat dari kulit. Charlie terhuyung-huyung menggendongku.
"Mungkin sebaiknya aku saja yang membopongnya," Sam Uley menyarankan.
"Tidak perlu," jawab Charlie, agak terengah.
Ia berjalan pelan-pelan, tersaruk-saruk. Kalau saja aku bisa mengatakan padanya untuk menurunkanku dan membiarkan aku berjalan sendiri, tapi tak ada suara yang keluar dari kerongkonganku.
Di mana-mana ada lampu, dipegang segerombolan orang yang berjalan bersamanya.
Rasanya seperti pawai. Atau prosesi pemakaman. Aku memejamkan mata.
"Kita sudah hampir sampai di rumah, Sayang,” sesekali Charlie bergumam.
Kubuka mataku lagi waktu kudengar kunci pintu diputar.
Kami di teras rumah, dan lelaki gelap jangkung bernama Sam memegang pintu untuk Charlie. sebelah tangan terulur ke arah kami, seolah bersiap-siap menangkapku bila lengan Charlie tak kuat lagi membopongku.
Tapi Charlie berhasil menggendongku melewati pintu dan membaringkanku di sofa ruang duduk.
"Dad, aku basah kuyup," sergahku lemah.
"Tidak apa-apa." Suaranya serak. Kemudian ia berbicara pada seseorang.
"Selimut-selimut ada di dalam lemari di puncak tangga."
"Bella?'' tanya sebuah suara baru. Aku memandangi lelaki berambut kelabu yang membungkuk di atasku, dan baru mengenalinya setelah beberapa detik yang berlalu teramat lamban.
"Dr. Gerandy?" gumamku.
"Benar, Sayang" jawab lelaki itu.
"Kau terluka, Bella?"
Butuh semenit untuk benar-benar memikirkannya. Aku bingung karena teringat pertanyaan sama yang diajukan Sam Uley di hutan tadi. Hanya saja Sam menanyakannya secara berbeda: Kau dilukai? tanyanya tadi. Perbedaannya jelas sekali sekarang.
Dr. Gerandy menunggu. Sebelah alisnya yang beruban terangkat, dan kerutan di dahinya semakin dalam.
“Aku tidak apa-apa," dustaku. Kata-kata itu cukup benar untuk menjawab pertanyaannya.
Tangannya yang hangat menyentuh dahiku, dan jari-jarinya menekan bagian dalam pergelangan tanganku.
Kulihat bibirnya bergerak-gerak saat ia menghitung, matanya tertuju pada jam tangan.
"Apa yang terjadi padamu?" tanyanya, nadanya biasa-biasa saja.
Aku membeku dalam genggaman tangannya, kurasakan perasaan panik di pangkal tenggorokanku.
"Kau tersesat di hutan?" desak si dokter.
Aku menyadari beberapa orang ikut mendengarkan. Tiga lelaki jangkung berwajah gelap—dari La Push, reservasi Indian Quileute di sepanjang garis pantai, kalau tidak salah—Sam Uley salah satunya, berdiri berimpitan memandangiku. Mr. Newton ada di sana bersama Mike dan Mr. Weber, ayah Angela; mereka memandangiku, tidak terang-terangan seperti orang-orang asing itu.
Suara-suara berat lain berdengung dari arah dapur dan di luar pintu depan. Setengah isi kota pastilah mencariku tadi.
Charlie berada paling dekat denganku. Ia mencondongkan tubuh untuk mendengar jawabanku.
"Ya," bisikku.
"Aku tersesat."
Dokter mengangguk, berpikir, jari-jarinya dengan lembut memeriksa kelenjar di bawah daguku. Wajah Charlie mengeras.
"Kau lelah?" dr. Gerandy bertanya.
Aku mengangguk dan memejam dengan patuh.
"Menurutku tak ada yang mengkhawatirkan," kudengar dokter itu bicara pelan pada Charlie beberapa saat kemudian.
"Hanya kelelahan. Biarkan dia tidur untuk memulihkan kekuatan. Besok aku datang untuk mengecek keadaannya." Dokter terdiam sebentar. Ia pasti melihat jam tangannya karena lalu menambahkan,
"Well, hari ini maksudku."
Terdengar suara berderit saat mereka samasama bangkit dari sofa.
"Apakah benar?" bisik Charlie. Suara-suara mereka terdengar lebih jauh sekarang. "Mereka sudah pergi?"
"Dr. Cullen meminta kami untuk tidak mengatakan apa-apa," dr. Gerandy menjawab.
"Tawaran itu datang sangat tiba-tiba; mereka harus segera memilih.” Carlisle tidak ingin ke pindahannya diributkan.
"Pemberitahuan singkat kan tak ada salahnya," gerutu Charlie.
Suara dr. Gerandy terdengar tidak enak waktu ia menimpali.
"Ya, Well, dalam situasi ini, ada baiknya bila memberi peringatan.” Aku tidak mau mendengar lagi. Aku merabaraba, mencari pinggiran selimut yang dihamparkan
seseorang di atas tubuhku, lalu menariknya hingga menutupi telinga.
Kesadaranku hilang-timbul. Aku mendengar
Charlie mengucapkan terima kasih dengan suara berbisik pada para sukarelawan saat satu demi satu mereka pulang. Aku merasakan jemarinya membelai dahiku, disusul kemudian dengan dihamparkannya selimut lain.
Telepon berdering beberapa kali, dan ia bergegas menjawabnya sebelum bunyi deringan membangunkanku. Ia menjawab kekhawatiran para penelepon dengan suara pelan.
Novel Twilight – New Moon Bab 21 Telah Selesai
Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 21 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.
Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.
Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :
- Novel Lelaki Yang Tak Terlihat Kaya
- Novel Romantis Pengantin Pengganti
- Novel Elena : Si Gadis Tangguh
- Novel Charlie Wade Si Kharismatik
- Novel Romantis My Lovely Boss
- Novel Perintah Kaisar Naga
- Novel My Imperfect CEO
- NOVEL KISAH ISTRI BAYARAN
- Novel Perceraian Ke-99

0 komentar: