Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .
Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.
Sekarang, kalian membaca Novel Twilight Bab 93 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊
Baca Selengkapnya Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 93
Esme menghentikan langkah; rupanya kami telah sampai di ujung lapangan. Kelihatannya mereka telah membentuk tim. Edward berada jauh di sisi kiri lapangan, Carlisle berdiri di antara base pertama dan kedua, dan Alice memegang bola, berdiri di titik yang pasti merupakan posisi pitcber.
Emmett mengayunkan tongkat alumunium; suaranya berdesis nyaris tak terdengar di udara. Aku menunggunya menghampiri home base, tapi saat ia mengambil posisi, aku baru menyadari bahwa ia sudah di sana—lebih jauh dari posisi pitcber yang kupikir mungkin.
Jasper berdiri beberapa meter di belakangnya, sebagai anggota tim lawan. Tentu saja tak satu pun dari mereka memakai sarung tangan. “Baik,” seru Esme lantang, dan aku tahu bahkan Edward pun akan mendengarnya, sejauh apa pun posisinya. "Ke posisi masing-masing."
Alice berdiri tegak, seolah-olah tak bergerak. Gayanya tampak licik daripada mengancam.
Ia memegang bola dengan kedua tangannya setinggi pinggang, dan kemudian, bagai serangan kobra, tangan kanannya mengayun dan bola menghantam tangan Jasper.
“Apakah itu strike?” aku berbisik kepada Esme. "Kalau mereka tidak memukulnya, baru disebut strike," ia memberitahuku.
Jasper melempar bolanya kembali pada Alice. Alice tersenyum sebentar. Kemudian tangannya mengayun lagi.
Kali ini entah bagaimana tongkat pemukulnya berhasil memukul bola yang tak tampak itu tepat pada waktunya. Bunyi pukulan itu menggetarkan, menggelegar; menggema hingga ke pegunungan—aku langsung mengerti mengapa mereka memerlukan badai petir.
Bola itu meluncur bagai meteor di atas lapangan, melayang menembus hutan yang mengelilingi.
"Home run" aku bergumam.
"Tunggu," Esme mengingatkan, mendengarkan dengan saksama, satu tangan terangkat.
Emmett tampak seperti kelebatan dari satu base ke base berikut, Carlisle membayanginya. Aku tersadar Edward menghilang.
"Laut,” Esme berteriak lantang.
Aku menatap tak percaya ketika Edward melompat keluar dari tepi pepohonan, tangannya yang terangkat menggenggam bola, senyumnya yang lebar nyata bahkan olehku.
"Emmett memukul paling keras," jelas Esme,
"tapi Edward berlari paling cepat."
Inning berlanjut di depan mataku yang keheranan. Mustahil mengikuti kecepatan bola yang melayang dan kecepatan mereka berlari mengelilingi lapangan.
Aku mempelajari alasan lain mengapa mereka menunggu badai petir untuk bermain ketika Jasper, berusaha menghindar tangkapan sempurna Edward, memukul bola mati ke arah Carlisle.
Carlisle lari mengejar bola dan kemudian mengejar Jasper ke base pertama. Ketika mereka bertabrakan, suaranya bagai tabrakan dua batu besar. Aku melompat karena waswas, tapi entah bagaimana mereka sama sekal, tak terluka.
"Safe" seru Esme dengan suaranya yang tenang.
Tim Emmett memimpin dengan skor satu—Rosalie melayang mengelilingi base demi base setelah Emmett berhasil memukul bola jauh-jauh—ketika Edward menangkap bola ketiga.
Ia berlari cepat ke sisiku, wajahnya memancarkan rasa senang. "Bagaimana menurutmu?" tanyanya.
"Yang jelas, aku takkan pernah bisa duduk sepanjang pertandingan Major League Baseball kuno yang membosankan lagi."
"Dan kedengarannya kau sering melakukannya sebelumnya." Ia tertawa.
"Aku agak kecewa," godaku.
"Kenapa?" tanyanya, bingung.
"Well, akan menyenangkan kalau aku bisa menemukan satu saja hal yang kaulakukan tak lebih baik daripada siapa pun di planet ini."
Ia menyunggingkan senyumnya yang istimewa, membuatku kehabisan napas. "Giliranku," katanya, menuju base.
Ia bermain pintar, menjaga bola tetap rendah, jauh dan jangkauan Rosalie yang tangannya selalu siap di pinggir lapangan, melampaui dua base bagai kilat sebelum Emmett berhasil mengembalikan bolanya dalam permainan.
Carlisle membuat sekali pukulan sangat jauh keluar lapangan— dengan suara dentuman yang menyakitkan telingaku – sehingga ia dan Edward berhasil menyelesaikan putaran.
Alice ber-high five dengan mereka.
Skor terus berubah ketika pertandingan berlanjut, dan mereka saling menertawakan layaknya pemain bisbol normal saat mereka bergantian memimpin. Kadang-kadang Esme menyuruh mereka tenang.
Petir terus bergemuruh, tapi kami tetap kering seperti yang diperkirakan Alice. Sekarang giliran Carlisle memukul dan Edward menangkap. Tiba-tiba Alice terkesiap.
Mataku tertuju pada Edward, seperti biasa, dan aku melihat kepalanya tersentak untuk memandang Alice. Mata mereka bertemu dan dalam sekejap sesuatu terjadi di antara mereka. Edward sudah berada di sisiku sebelum yang lainnya dapat bertanya kepada Alice apa yang terjadi.
"Alice?" suara Esme tegang.
Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 93 Telah Selesai
Bagaimana Novel Twilight - Pandangan Pertama Bab 93 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.
Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.
Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :
- Novel Lelaki Yang Tak Terlihat Kaya
- Novel Romantis Pengantin Pengganti
- Novel Elena : Si Gadis Tangguh
- Novel Charlie Wade Si Kharismatik
- Novel Romantis My Lovely Boss
- Novel Perintah Kaisar Naga
- Novel My Imperfect CEO
- NOVEL KISAH ISTRI BAYARAN
- Novel Perceraian Ke-99

0 komentar: