Kamis, 20 Oktober 2022

Baca Selengkapnya Novel Twilight Pandangan Pertama Bab 87

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 87 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊



Baca Selengkapnya Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 87

Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, dan ia mengangguk.

“Aku benci menghancurkan harapanmu, tapi kau benar tidak semenakutkan yang kaukira. Sebenarnya, aku sama tidak menganggapmu menakutkan," aku berbohong.

Ia berhenti, alisnya terangkat, jelas-jelas tidak percaya. Kemudian ia tersenyum lebar dan licik.

“Kau seharusnya tidak mengatakan itu," ia tergelak.

Ia menggeram dengan suara pelan; bibirnya ditarik dan memamerkan giginya yang sempurna.

Sekonyong-konyong ia menggeser posisinya, setengah membungkuk, tegang seperti singa yang siap menerjang.


Aku mundur darinya, menatapnya nanar.

"Kau tidak akan melakukannya."

Aku tidak melihatnya melompat ke arahku—terlalu cepat. Sekonyong-konyong aku mendapati diriku melayang, kemudian kami mendarat di sofa yang menyentak keras sampai ke dinding. Lengannya membentuk sangkar baja di sekeliling tubuhku—nyaris menyentuhku.

Tapi aku toh terengah-engah saat mencoba memperbaiki posisiku. Ia tidak membiarkanku. Digulungnya tubuhku menyerupai bola ke dadanya, dicengkeramnya diriku lebih erat daripada rantai besi. Aku menatapnya ngeri, tapi sepertinya ia dapat mengendalikan diri dengan baik, rahangnya melemas ketika ia tersenyum, matanya berkilatkilat penuh canda.

“Apa katamu tadi?" ia berpura-pura menggeram.

“Kau monster yang sangat, sangat menakutkan," kataku kesinisanku sedikit melunak karena terengah-engah.

“Jauh lebih baik,” ia menyetujuinya.

“Mmm.” Aku berusaha bangkit.

"Boleh aku bangun sekarang?”

Ia hanya tertawa.

"Boleh kami masuk?" terdengar suara lembut dari lorong.

Aku berjuang melepaskan diri, tapi Edward hanya menggeser posisiku hingga aku duduk sopan di pangkuannya. Aku bisa melihat bahwa itu Alice, dan Jasper berdiri di belakangnya, di pintu masuk. Pipiku merah padam, tapi Edward tampak santai.

"Silakan." Edward masih menahan tawa.


Alice sepertinya tidak menemukan sesuatu yang aneh melihat kami berpelukan seperti itu; ia berjalan—nyaris menari, gerakannya sangar anggun—ke tengah ruangan, di sana ia duduk bersila dengan luwes di lantai.

Sebaliknya Jasper berhenti di pintu, ekspresinya agak terkejut. Ia menatap wajah Edward, dan aku bertanya-tanya apakah ia sedang merasakan suasana dengan kepekaannya yang luar biasa.

"Kedengarannya kau akan memangsa Bella untuk makan siang, dan kami datang untuk melihat apakah kau mau berbagi," ujar Alice.

Tubuhku langsung kaku, sampai aku menyadari Edward tersenyum—entah karena komentar Alice atau reaksiku, aku tak dapat mengatakannya.

“Maaf, rasanya aku tak ingin berbagi," jawabnya, dengan seenaknya memelukku lebih dekat.

“Sebenarnya," kata Jasper, tersenyum sambil memasuki ruangan.

"Alice bilang akan ada badai besar malam ini, dan Emmett ingin bermain bisbol. Kau mau ikut?" Ucapannya terdengar cukup biasa, tapi konteksnya membuatku bingung.

Meskipun kusimpulkan Alice lebih bisa diandalkan daripada ramalan cuaca.


Mata Edward berkilat-kilat, tapi ia ragu.

“Tentu saja kau harus mengajak Bella," seru Alice.

Sepertinya aku melihat Jesper melirik ke arahnya.

“Apa kau ingin ikut?" Edward bertanya padaku, kelihatan senang, wajahnya bersemangat.

"Tentu." Aku tak mungkin mengecewakannya.

"Mmm, kita akan ke mana?"

"Kami harus menunggu petir untuk bermain bisbol—kau akan tahu kenapa," ia berjanji.

"Apakah aku akan memerlukan payung?" Mereka tertawa keras.

"Perlukah?" Jasper bertanya pada Alice.

"Tidak." Alice terdengar yakin.

"Badai akan menghantam kota. Akan cukup kering di hutan."

"Kalau begitu, bagus." Seperti biasa, semangat dalam suara Jasper menular. Aku mendapati diriku bersemangat, bukannya ketakutan.

"Ayo kita lihat apakah Carlisle mau ikut." Alice melompat-lompat menuju pintu dalam balutan pakaian yang akan membuat iri balerina mana pun.

“Seperti kau tidak tahu saja," goda Jasper, dan mereka langsung berlalu.

Jasper berhasil menutup pintu tanpa bersuara.

“Kita akan main apa?" tanyaku.

“Kau akan menonton," Edward meralat. "Kami yang akan bermain bisbol."

Aku memutar bola mataku. "Vampir suka bisbol?"

“Itu permainan bangsa Amerika di masa lampau." oloknya.

Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 87 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - Pandangan Pertama Bab 87 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: