Jumat, 04 November 2022

Novel Twilight : NEW MOON Bab 79

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 79 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊



Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 79

Kemudian gadis itu bertanya,

"Kalian lapar?" dengan suara merdu mengalun, dan memalingkan wajah sepenuhnya menghadap kami, senyum tersungging di separuh bagian wajahnya.

Sisi kanan wajahnya dipenuhi bekas luka yang memanjang dari batas rambut hingga ke dagu, tiga garis merah panjang dan tebal, berwarna terang meski luka itu sudah lama sembuh. Satu garis menarik sisi bawah sudut matanya yang hitam dan berbentuk kenan, garis yang lain memilin sisi kanan mulutnya menjadi seringaian permanen. Bersyukur karena sudah diperingatkan Embry, aku buru-buru mengalihkan pandangan ke kueTiraikasih

kue muffin di tangannya. Baunya sangat lezat – seperti blueberry segar.

"Oh," seru Emily, terkejut.

"Siapa ini?" Aku menengadah, berusaha memfokuskan pandangan pada sisi kiri wajahnya.

"Bella Swan," Jared menjawab pertanyaannya sambil mengangkat bahu.

Rupanya, aku pernah menjadi topik pembicaraan sebelum ini. "Siapa lagi?"

"Bukan Jacob namanya kalau tidak bisa mengakali perintah,” gumam Emily.

Ia memandangiku, dan tak satu pun dari dua bagian wajah yang dulu cantik itu terlihat ramah.

"Jadi, kau ini si cewek vampir."

Aku mengejang. "Ya. Kalau kau cewek serigala?" Emily tertawa, begitu pula Embry dan Jared.

Sisi kiri wajahnya berubah hangat.


"Kurasa begitu." Ia berpaling kepada Jared.

"Mana Sam?"

"Bella, eh, membuat Paul kaget tadi pagi."

Emily memutar bola matanya yang tidak cacat.

"Ah, Paul," desahnya.

"Kira-kira lama atau tidak? Aku baru mau mulai memasak telur."

"Jangan khawatir," Embry menenangkan.

"Kalau mereka terlambat, kami tidak akan membiarkan makanannya mubazir."

Emily terkekeh, lalu membuka lemari es.

"Tidak diragukan lagi," ujarnya sependapat.

"Bella, kau lapar? Silakan ambil muffin-nya."

"Trims." Aku mengambil satu dari piring dan mulai menggigiti pinggirnya.

Rasanya lezat, dan terasa nyaman di perutku yang mual. Embry meraih kue ketiga dan menjejalkannya ke mulut.

"Sisakan untuk saudara-saudaramu,” tegur Emily memukul kepalanya dengan sendok kayu.

Istilah itu membuatku terajut, tapi yang lain-lain sepertinya tidak menganggapnya aneh.

"Dasar rakus,” komentar Jared.

Aku bersandar di konter dan menonton mereka bertiga salin, mengejek seperti keluarga. Dapur Emily menyenangkan, cemerlang dengan rak-rak dapur berwarna putih dan lantai papan dan kayu berwarna pucat. Di atas meja bulat kecil, sebuah teko porselen biru-putih yang sudah retak penuh berisi bunga-bunga liar. Embry dan Jared terlihat seperti di rumah sendiri di sini.

Emily mengocok telur dalam porsi sangat besar, beberapa lusin sekaligus, di mangkuk kuning besar. Ia menyingsingkan lengan bajunya yang berwarna lembayung muda, dan aku bisa melihat bekas-bekas luka membentang sepanjang lengan hingga ke punggung tangan kanan.


Bergaul dengan werewolf memang benar-benar berisiko, tepat seperti yang dikatakan Embry tadi. Pintu depan terbuka, dan Sam melangkah masuk.

"Emily," sapanya, nadanya penuh cinta hingga aku merasa malu, sepera pengganggu, saat kulihat Sam berjalan melintasi ruangan hanya dalam satu langkah lebar dan merengkuh wajah Emily dengan telapak tangannya yang lebar. Ia membungkuk dan mengecup bekas luka gelap di pipi kanan Emily sebelum mengecup bibirnya.

"Hei, jangan begitu dong," Jared protes. "Aku sedang makan."

"Kalau begitu tutup mulut dan makan sajalah," usul Sam, mencium bibir Emily yang hancur itu sekali lagi.

“Ugh," erang Embry.

Ini lebih parah daripada film romantis mana pun; adegan itu begitu nyata mendendangkan kebahagiaan, kehidupan, dan cinta sejati. Kuletakkan muffin-ku dan kulipat kedua lenganku di dadaku yang kosong. Kupandangi bunga-bunga itu, berusaha mengabaikan momen intim mereka, serta luka hatiku sendiri yang berdenyut-denyut nyeri.

Aku bersyukur karena perhatianku kemudian beralih pada Jacob dan Paul yang menerobos masuk melalui pintu, shock berat karena mereka tertawa-tawa. Kulihat Paul meninju bahu Jacob dan Jacob membalas dengan menyikut pinggangnya. Mereka tertawa lagi. Kelihatannya mereka tidak kurang sesuatu apa pun. Jacob memandang sekeliling ruangan, berhenti begitu melihatku bersandar, canggung dan rikuh, di konter di pojok dapur.

"Hei, Bells," ia menyapaku riang. Disambarnya dua muffin ketika berjalan melewati meja lalu berdiri di sampingku.

"Maaf soal tadi,” gumamnya pelan.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Muffinnya enak" Kuambil lagi muffinya dan mulai menggigitinya lagi. Dadaku langsung terasa lebih enak begitu Jacob ada di sampingku.

"Oh, ya ampun!" raung Jared, menyela kami.

Aku menengadah, dan melihat Jared serta Embry mengamati garis merah muda samar di lengan atas Paul. Embry nyengir, girang. "Lima belas dolar," soraknya.

"Itu gara-gara kau?" bisikku pada Jacob, teringat taruhan mereka.

"Aku nyaris tidak menyentuhnya kok. Saat matahari terbenam nanti lukanya pasti sudah sembuh."

"Saat matahari terbenam?" Kupandangi garis di lengan Paul. Aneh, tapi kelihatannya luka itu seperti sudah berumur beberapa minggu.

“Khas werewolf,” bisik Jacob.


Aku mengangguk, berusaha untuk tidak terlihat bingung.

“Kau baik-baik saja?” tanyaku pada Jacob dengan suara pelan.

“Tergores pun tidak,” Ekspresinya puas.

“Hei, guys,” seru Sam dengan suara nyaring, menyela obroli dalam ruangan kecil itu. Emily sedang menghadap kompor mengaduk-aduk adonan telur dalam wajan besar, tapi sebelah tangan Sam masih memegang bagian atas punggung Emily gerakan yang tidak disadarinya.

“Jacob punya informasi untuk kita." Paul tidak tampak terkejut. Jacob pasti sudah menjelaskan tentang ini padanya dan Sam. Atau... mereka mendengar pikiran Jacob.

“Aku tahu apa yang diinginkan si rambut merah itu." Jacob menujukan perkataannya pada Jared dan Embry.

"Itulah yang ingin kusampaikan pada kalian sebelumnya." Ditendangnya kaki kursi yang diduduki Paul.

"Lalu?" tanya Jared.

Novel Twilight – New Moon Bab 79 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 79 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: