Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .
Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.
Sekarang, kalian membaca Novel Twilight Bab 57 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊
Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 57
Mustahil melihat bahwa Laurent masih persis sama seperti dulu. Kurasa sungguh tolol dan manusiawi sekali mengharapkan ada semacam perubahan dari tahun lalu. Tapi memang ada sesuatu... aku tak tahu persis apa itu.
"Bella?" tanya Laurent, tampak lebih terperangah dari pada yang kurasakan.
“Kau ingat.” Aku tersenyum.
Sungguh konyol aku bisa begitu gembira karena ada vampir yang mengingat namaku.
Laurent nyengir.
“Aku tidak mengira akan bertemu kau di sini." Ia melenggang menghampiriku, ekspresinya takjub.
“Apa tidak terbalik? Aku memang tinggal di sini. Kusangka kau sudah pergi ke Alaska." Laurent berhenti kira-kira sepuluh langkah dariku, menelengkan kepala ke satu sisi.
Wajahnya adalah wajah paling tampan yang kulihat untuk kurun waktu yang rasanya seperti berabad-abad. Kuamati garis-garis wajahnya dengan perasaan lega yang rakus. Ini dia orang kepada siapa aku tidak perlu berpura-pura—seseorang yang sudah tahu setiap hal yang tak pernah bias kuungkapkan.
"Kau benar," ia sependapat.
"Aku memang pergi ke Alaska. Meski begitu, aku tidak mengira... Waktu aku mendapati rumah keluarga Cullen sudah kosong, kusangka mereka sudah pindah."
“Oh." Aku menggigit bibir ketika nama itu membuat lukaku yang masih basah kembali berdarah. Butuh sedetik untuk menenangkan diri. Laurent menunggu dengan sorot ingin tahu.
"Mereka memang sudah pindah," akhirnya bisa juga aku memberi tahunya.
"Hmm,” gumam Laurent.
"Kaget juga aku, mereka meninggalmu. Bukankah kau sejenis peliharaan mereka?"
Matanya sama sekali, tidak memancarkan sorot menghina.
Aku tersenyum kecut. "Semacam itulah."
"Hmmm," ujarnya, tampak berpikir lagi.
Saat itulah aku sadar mengapa ia tampak sama— terlalu sama. Setelah Carlisle memberi tahu kami Laurent tinggal dengan keluarga Tanya, aku mulai membayangkan dia, meski aku jarang memikirkannya, dengan mata keemasan yang sama seperti yang dimiliki... keluarga Cullen—aku meringis saat memaksa nama itu keluar.
Mata yang dimiliki semua vampir baik. Tanpa sengaja aku mundur selangkah, dan mata merahnya yang gelap dan penuh keingintahuan itu mengikuti gerakanku.
"Apakah mereka sering mengunjungimu?" tanyanya, nadanya masih biasa-biasa saja, tapi tubuhnya bergerak ke arahku.
"Berbohonglah," suara beledu indah itu berbisik cemas dari benakku.
Aku terkejut mendengar suaranya, tapi seharusnya itu tidak membuatku kaget. Bukankah saat ini aku berada dalam bahaya yang tak terbayangkan? Sepeda motor tidak ada apa-apanya dibandingkan ini.
Aku melakukan apa yang diperintahkan suara itu.
"Sesekali." Aku berusaha tetap terdengar ringan, rileks.
"Waktu terasa lebih panjang bagiku, rasanya. Sementara mereka, kau tahu, mudah dialihkan perhatiannya..." Aku mulai melantur.
Aku harus berusaha keras menutup mulut. "Hmmm," kata Laurent lagi.
"Bau rumahnya seperti sudah lama tidak ditinggali..."
"Kau harus berbohong lebih baik lagi, Bella," desak suara itu.
Aku mencoba. "Aku harus memberi tahu Carlisle kalau kau mampir. Dia pasti menyesal tidak sempat menemuimu.” Aku berpura-pura berfikir sebentar.
"Tapi mungkin aku tidak perlu menceritakannya pada... Edward, kurasa–“ aku nyaris tak mampu menyebut namanya, dan itu membuat ekspresiku aneh, mementahkan gertakanku sendiri “– karena dia sangat pemarah.. Well, aku yakin kau masih ingat.
Dia masih sensitif kalau mengingat kejadian dengan James waktu itu Aku memutar bola mata dan melambaikan tangan dengan lagak cuek, seolah-olah itu semua sejarah lama, tapi ada secercah nada histeris dalam suaraku. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah Laurent bakal mengenalinya.
"Benarkah begitu?" Laurent menanggapi dengan senang... sekaligus skeptis.
Aku menjawab singkat, agar suaraku tidak menunjukkan kepanikanku.
"Mm-hmm.” Laurent melangkah ke samping dengan sikap biasa-biasa saja, memandang berkeliling padang rumput kecil itu.
Kusadari langkah itu membawanya semakin dekat denganku. Di kepalaku suara itu merespons dengan geraman rendah.
“Bagaimana keadaan di Denali? Kata Carlisle, kau tinggal bersama Tanya?" suaraku melengking kelewat tinggi.
Pertanyaan itu membuatnya diam sebentar. "Aku sangat menyukai Tanya," ia merenung.
"Apalagi saudara perempuannya Irina... aku tidak pernah menetap terlalu lama di satu tempat sebelumnya, dan aku menikmati keuntungan dan hal-hal baru yang bisa kurasakan. Tapi larangannya sulit... Heran juga aku, mereka bisa bertahan begitu lama." Ia tersenyum padaku seperti mengajak berkomplot.
"Kadang-kadang aku melanggarnya." Aku tak sanggup menelan ludah. Kakiku mulai bergerak mundur, tap, langsung membeku saat matanya yang merah berkelebat turun dan menangkap gerakan itu.
"Oh," kataku dengan suara lemah.
"Jasper juga punya masalah dengan itu."
"Jangan bergerak," suara itu berbisik.
Aku berusaha melakukan apa yang ia perintahkan. Sulit, tapi; insting untuk lari nyaris tak bisa dikendalikan.
"Benarkah?" Laurent tampak tertarik. "Itukah sebabnya mereka pergi?"
"Bukan," jawabku jujur. "Jasper lebih berhatihati di rumah."
"Benar," Laurent sependapat. "Begitu juga aku." Satu langkah maju yang diambilnya jelas disengaja.
"Apakah Victoria pernah menemukanmu?" tanyaku, napasku tersengal, sangat ingin mengalihkan perhatiannya.
Itu pertanyaan pertama yang muncul di benakku, dan aku langsung menyesalinya begitu kata-kata itu terlontar dari mulutku. Victoria—yang memburuku bersama James, kemudian menghilang—bukanlah seseorang yang ingin kuingat pada saat-saat genting seperti ini.
Tapi pertanyaan itu menghentikannya.
"Ya," jawab Laurent, ragu-ragu melangkah.
"Sebenarnya kedatanganku ke sini adalah untuk membantunya." Ia mengernyit.
"Dia tidak akan senang kalau tahu hal ini."
"Tahu apa?" tanyaku bersemangat, mengundangnya untuk terus bicara.
Laurent memandang garang ke arah pepohonan, jauh dariku. Aku memanfaatkan kelengahannya itu dengan mundur satu langkah. Laurent kembali memandangku dan tersenyum—ekspresinya membuatnya terlihat seperti malaikat berambut hitam.
Novel Twilight – New Moon Bab 57 Telah Selesai
Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 57 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.
Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.
Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :
- Novel Lelaki Yang Tak Terlihat Kaya
- Novel Romantis Pengantin Pengganti
- Novel Elena : Si Gadis Tangguh
- Novel Charlie Wade Si Kharismatik
- Novel Romantis My Lovely Boss
- Novel Perintah Kaisar Naga
- Novel My Imperfect CEO
- NOVEL KISAH ISTRI BAYARAN
- Novel Perceraian Ke-99

0 komentar: