Selasa, 08 November 2022

Novel Twilight : NEW MOON Bab 112

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 112 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊




Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 112

Suasana di dasar lubang remang-remang, tapi tidak gelap gulita. Cahaya dari lubang di atas membiaskan kilauan samar, terpancar basah dari batu-batu di bawah kakiku. Cahaya sempat hilang sedetik, dan sejurus kemudian wajah Edward yang putih samar-samar muncul di sampingku. Ia merangkul pundakku, memelukku rapat di sisinya, dan mulai menggiringku maju dengan cepat.


Aku melingkarkan kedua lenganku di pinggangnya yang dingin, berjalan tersandung-sandung dan tersaruksaruk di permukaan batu yang tidak rata. Suara kisi-kisi berat digeser menutupi saluran limbah di belakang kami, berdentang mantap dan keras.

Cahaya remang-remang dari jalan dengan cepat hilang ditelan kegelapan. Suara langkah-langkah kakiku yang tersaruk-saruk bergaung di ruangan yang gelap gulita; kedengarannya sangat lebar, tapi aku tak yakin.

Tak ada suara apa-apa selain debar jantungku yang berpacu cepat serta kakiku menginjak batu-batu basah—kecuali satu kali, waktu aku mendengar desahan tidak sabar berbisik di belakangku.

Edward memelukku erat-erat. Dengan tangan satunya ia memegang wajahku, ibu jarinya yang halus menyusuri bibirku. Sesekali aku merasa ia menempelkan wajahnya ke rambutku. Aku sadar ini mungkin satu-satunya kesempatan kami, jadi aku merapatkan diriku lebih dekat padanya.


Saat ini rasanya seakan-akan ia menginginkanku, dan itu sudah cukup untuk menghalau kengerian yang kurasakan, berada di terowongan bawah tanah, bersama para vampir di belakang kami. Mungkin itu tidak lebih daripada perasaan bersalah – perasaan bersalah jugalah yang mendorong Edward datang ke sini untuk mati karena ia yakin gara-gara dialah aku bunuh diri.

Tapi aku merasakan bibirnya diam-diam menempel di keningku, dan aku tak peduli apa motivasinya. Setidaknya aku bisa bersamanya lagi sebelum aku mati. Itu lebih baik daripada umur panjang. Seandainya saja aku bisa menanyakan apa persisnya yang terjadi sekarang.

Aku ingin sekali tahu bagaimana kami akan mati – seolah-olah keadaan bisa lebih baik dengan tahu lebih dulu. Tapi aku tak bisa bersuara meskipun dengan berbisik karena kami dikelilingi vampir lain.

Yang lain-lain bisa mendengar semuanya – setiap tarikan napasku, setiap detak jantungku. Jalan setapak di bawah kaki kami terus menurun, membawa kami lebih dalam ke perut bumi, dan itu membuatku merasa dicekam ketakutan pada ruang sempit. Untung ada tangan Edward yang terasa menenangkan di wajahku, hingga aku tidak menjerit.

Aku tidak tahu dari mana cahaya itu berasal, tapi perlahan-lahan suasana di sekelilingku mulai berwarna abu-abu gelap, tak lagi hitam pekat. Kami berada di terowongan melengkung yang rendah. Cairan hitam pekat merembes keluar dari batu-batu kelabu, seolah-olah mengeluarkan tinta. Tubuhku gemetar, dan kurasa itu karena ketakutan.

Baru setelah gigi-gigiku gemeletuk aku menyadari itu karena aku kedinginan. Bajuku

masih basah, dan suhu di bawah kota dingin menusuk Begitu pula kulit Edward. Edward menyadari hal itu pada saat yang bersamaan denganku, lalu ia melepaskan pelukannya dan hanya menggandengku saja.

“T-t-tidak,” kataku dengan gigi gemeletuk, merangkul pinggangnya lagi.

Aku tak peduli meskipun tubuhku membeku. Siapa yang tahu berapa lama lagi waktu yang tersisa? Tangan dingin Edward menggosok-gosok lenganku, berusaha menghangatkanku.


Kami bergegas menyusuri terowongan, atau bagiku rasanya seperti bergegas. Langkahlangkahku yang lamban membuat jengkel seseorang—kurasa pasti Felix—dan aku mendengarnya mendesah jengkel sesekali. Di ujung terowongan tampak kisi-kisi—batangbatang besinya sudah berkarat, tapi setebal lenganku. Pintu kecil yang terbuat dari batangbatang besi yang lebih tipis dan saling berkaitan terbuka lebar.

Edward merunduk melewatinya dan bergegas memasuki ruangan lain yang lebih besar dan terang. Pintu besi itu terbanting menutup dengan suara berdentang nyaring, diikuti bunyi gerendel dipasang. Aku terlalu takut untuk melihat ke belakang.

Di sisi lain ruangan terdapat pintu kayu rendah yang berat. Pintu itu sangat tebal—aku bisa melihatnya karena pintu itu juga terbentang lebar. Kami melangkah melewati pintu itu, dan aku memandang berkeliling dengan terkejut, dan otomatis langsung rileks. Di sampingku Edward menegang, dagunya mengeras kaku.

Novel Twilight – New Moon Bab 112 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 112 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: