Rabu, 19 Oktober 2022

Baca Selengkapnya Novel Twilight Pandangan Pertama Bab 16

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 16 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊



Baca Selengkapnya Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 16

Lalu semua terlontar begitu saja.

"Yang kutahu kau tak ada di dekatku—Tyler juga tidak melihatmu, jadi jangan bilang aku mengarang semuanya. Van itu mestinya sudah menghancurkan kita berdua—tapi nyatanya tidak, dan tanganmu meninggalkan lekukan di badan mobil itu—juga di mobil yang lain, dan kau sama sekali tak terluka—dan van itu seharusnya menghancurkan kakiku, tapi kau menahannya..."

Aku bisa mendengar berapa itu terdengar sinting dan aku tak bisa melanjutkannya.

Aku begitu marah sehingga bisa merasakan air mata mulai menggenangi mataku; aku berusaha menahannya dengan menggertakkan gigiku. Ia menatapku tak percaya. Tapi wajahnya tegang tampak bersalah.

"Kaupikir aku mengangkat mobil van dari atas tubuhmu?" nada suaranya mempertanyakan kewarasanku, tapi itu justru membuatku semakin curiga. Itu seperti kalimat yang dibawakan dengan baik sekali oleh aktor berbakat.

Aku hanya mengangguk sekali, rahangku mengeras. "Tak ada yang bakal memercayai itu, kau tahu." Suaranya terdengar mengejek sekarang. "Aku takkan memberitahu siapa-siapa." Aku mengucapkan setiap kata dengan pelan, hati-hati mengendalikan amarahku.

Wajahnya tampak kaget. "Lalu kenapa kau mempermasalahkannya?"

"Ini penting buatku," desakku. "Aku tak suka berbohong— jadi sebaiknya ada alasan yang baik mengapa aku melakukannya.

"Tak bisakah kau berterima kasih saja dan melupakannya?"

"Terima kasih." Aku menunggu, marah dan berharap.

“Kau takkan menyerah, kan?"

"Tidak."

"Kalau begitu... kuharap kau menikmati kekecewaanmu.”

Kami saling menatap marah dalam hening. Akulah yang pertama bicara, mencoba tetap fokus. Perhatianku nyaris teralihkan oleh wajahnya yang pucat dan menawan.

Rasanya seperti menatap malaikat penghancur.

“Kenapa kau bahkan peduli?" tanyaku dingin. Ia berhenti, dan sesaat wajahnya yang indah tak disangka, sangka berubah rapuh. "Aku tak tahu," bisiknya.

Lalu ia berbalik dan menjauh.

Aku sangat marah, hingga butuh beberapa menit agar bisa bergerak. Setelah bisa berjalan, aku melangkah pelan menuju pintu keluar di ujung lorong.

Ruang tunggu lebih tidak menyenangkan dari yang kukhawatirkan. Sepertinya semua wajah yang kukenal di Forks ada di sana, menatapku. Charlie bergegas ke sisiku; aku mengangkat tangan.

"Aku tidak apa-apa," kuyakinkan dirinya dengan nada jengkel. Aku masih kesal, tak ingin berbasa-basi.

"Apa kata dokter?"

"Dr. Cullen memeriksaku, dan katanya aku baik-baik saja dan bisa pulang." Aku menghela napas. Mike, Jessica, dan Eric ada di sana, mulai bergabung dengan kami. "Ayo," pintaku.

Charlie meletakkan lengannya di punggungku, tidak benar-benar menyentuhku, lalu membimbingku ke pintu keluar yang terbuat dan kaca. Aku melambai malu-malu ke arah teman-temanku, berharap bisa menunjukkan bahwa mereka tak perlu khawatir lagi. Rasanya sangat lega—itulah pertama kalinya aku merasakannya—berada di mobil patroli.

Sepanjang perjalanan kami berdiam diri. Aku begitu larut dalam pikiranku sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Charlie di dekatku. Aku yakin sikap defensif Edward di lorong tadi merupakan jawaban atas hal-hal aneh yang kusaksikan, yang masih tak bisa kupercaya. Ketika kami tiba di rumah, Charlie akhirnya bicara. "Mm... kau harus menelepon Renee." Ia menunduk bersalah.

Aku terkejut. "Kau memberitahu Mom!"

"Maaf."

Aku membanting pintu mobil patroli sedikit lebih keras daripada seharusnya ketika keluar.

Tentu saja ibuku histeris. Aku harus memberitahunya sedikitnya tiga puluh kali bahwa aku baik-baik saja sebelum ia bisa tenang. Ia memohon supaya aku mau pulang— melupakan kenyataan bahwa saat itu rumah kosong—tapi permohonan Mom lebih mudah kutolak daripada yang kubayangkan. Aku asyik dengan misteri yang disimpan Edward. 

Dan agak lebih terobsesi kepada Edward. Bodoh, bodoh, bodoh. Aku tidak terlalu ingin meninggalkan Forks sebagaimana seharusnya, sebagaimana yang seharusnya diinginkan orang normal dan waras.

Kuputuskan akan tidur lebih cepat malam ini. Charlie terus memerhatikanku dengan waswas, dan itu membuatku kesal. Aku mengambil tiga Tyfenol di kamar mandi. Obat ini lumayan membantu, dan begitu rasa sakitnya mereda, aku tertidur pulas.

Itu adalah malam pertama aku memimpikan Edward Cullen.

Novel Twilight – Pandangan Pertama Bab 16 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - Pandangan Pertama Bab 16 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: