Minggu, 06 November 2022

Novel Twilight : NEW MOON Bab 92

Novel Twilight merupakan novel seri pertama dari novel karangan Stephenie Meyer. Stephen juga mengeluarkan seri lanjutan dari Novel Twilight ini yaitu seri Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn .

Dalam novel karya pertama dari Stephenie Meyer ini kalian akan menemukan adegan-adegan yang menguras emosi seperti adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi. Ceritanya juga diangkat menjadi film layar lebar yang selalu ditunggu-tunggu setiap serinya oleh para penggemar.

Sekarang, kalian  membaca Novel Twilight Bab 92 ini secara gratis dalam website Great Novel. Semoga bisa memberi para pembaca sekalian hiburan 😊




Baca Selengkapnya Novel Twilight – New Moon Bab 92

Wajah Jacob mengeras saat aku memandanginya, membentuk topeng getir yang kusangka sudah lenyap untuk selamanya. Tepat sebelum topeng iu menutupi wajahnya, aku sempat menangkap kejang pengkhianatan berkelebat dari matanya.

Kedua tangannya masih gemetar. Ia tampak sepuluh tahun lebih tua daripadaku. Ia menarik napas dalam-dalam. "Kau yakin itu bukan tipuan?”

“Itu bukan tipuan. Itu Carlisle. Antar aku kembali!"


Guncangan hebat melanda bahunya yang lebar, tapi matanya datar dan tanpa emosi. "Tidak."

"Jake, tidak apa-apa—"

"Tidak. Pulanglah sendiri, Bella." Suara Jacob terdengar bagai tamparan – aku tersentak saat suaranya menghantamku. Dagunya mengejang dan mengendur.

"Begini, Bella," sambungnya dengan suara sama kerasnya.

"Aku tidak bisa kembali ke sana. Ada kesepakatan atau tidak, itu musuhku yang ada di dalam sana."

"Tidak seperti itu—"

"Aku harus segera memberi tahu Sam. Ini mengubah semuanya. Kami tidak boleh tertangkap saat ada dalam teritorial mereka."

"Jake, ini bukan perang!"

Jacob tak menggubris kata-kataku. Dia memasukkan gigi netral lalu melompat keluar dari pintu, membiarkan mesin tetap menyala.

"Bye, Bella," serunya sambil menoleh sebentar.

"Aku benar-benar berharap kau tidak mati." Ia berlari kencang menembus kegelapan, tubuhnya bergetar sangat hebat hingga sosoknya terlihat kabur; ia sudah lenyap sebelum aku sempat membuka mulut untuk memanggilnya kembali.

Rasa bersalah membuatku terhenyak sebentar.

Apa yang kulakukan pada Jacob? Tapi rasa bersalah tak mampu menahanku terlalu lama.

Aku bergeser ke kursi sebelah dan memasukkan gigi. Kedua tanganku getaran, sama seperti tangan Jake tadi, dan aku harus berkonsentrasi penuh.

Lalu dengan hati-hati aku memutar truk dan membawanya lagi ke rumahku. Gelap gulita setelah aku mematikan lampu mobil.

Charlie begitu tergesa-gesa berangkat hingga lupa menyalakan lampu teras. Sejenak aku sempat ragu, memandangi rumah itu, muram disaput bayang-bayang. Bagaimana kalau ternyata memang tipuan?

Kupandangi lagi mobil hitam itu, nyaris tak terlihat di gelap malam. Tidak. Aku kenal mobil itu. Meski begitu, tetap saja tanganku gemetar, bahkan lebih hebat daripada sebelumnya, saat aku meraih kunci di atas pintu. Saat memegang kenop pintu untuk membuka kuncinya, kenop terputar

dengan mudah dalam genggamanku. Kubiarkan pintu terbentang lebar. Ruang depan gelap pekat. Aku ingin menyerukan sapaan, tapi tenggorokanku kelewat kering. Sepertinya aku tak mampu menarik napas.


Aku maju selangkah memasuki rumah dan meraba-raba mencari tombol lampu. Hitam pekat— seperti air hitam tadi... Mana sih tombol lampu? Sama seperti air yang hitam tadi, dengan api Jingga menyala menjilat-jilat di atasnya, meski itu tidak mungkin.

Tidak mungkin itu kobaran api, tapi kalau begitu apa...? Jari-jariku menyusuri dinding, masih mencari-cari, masih gemetar... Tiba-tiba sesuatu yang dikatakan Jacob sore tadi bergema dalam pikiranku, akhirnya otakku bisa juga mencernanya...

Dia kabur ke arah laut—lebih menguntungkan bagi para pengisap darah itu di sana. Itulah sebabnya aku langsung bergegas pulang—aku takut dia akan menduluiku berenang ke sini.


Tanganku mengejang saat masih mencari tombol lampu, sekujur tubuhku membeku kaku, saat aku sadar mengapa aku mengenali warna Jingga aneh di air itu.

Rambut Victoria, berkibar-kibar liar tertiup

angin, warnanya seperti api... bersamaku dan Jacob. Apa jadinya kalau tidak ada San, kalau kami hanya berdua...? Aku tak mampu bernapas ataupun bergerak.

Lampu menyala, meski tanganku yang membeku tidak juga berhasil menemukan tombol lampu.

Aku mengerjap-ngerjapkan mata, silau oleh lampu yang tiba-tiba menyala, dan melihat seseorang di sana, menungguku.

Novel Twilight – New Moon Bab 92 Telah Selesai

Bagaimana Novel Twilight - New Moon Bab 92 nya? Seru bukan? Jangan lupa untuk membaca kelanjutan kisahnya di bab-bab selanjutnya ya Novel Lovers.

Silahkan klik navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.

Dapatkan update Novel Terbaru pilihan dari kita dan sudah aku susun daftar lengkap novelnya ya free buat kalian yang suka baca. Mari bergabung di Grup Telegram "Novel Update", caranya klik link https://t.me/novelkupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga Novel Lainnya Dibawah yang Pastinya Seru Juga :

Bab Selanjutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: